Jatim Raya

Begini Harunya Peringatan Hari Guru Nasional di Sekolah MI Mojokerto

30
×

Begini Harunya Peringatan Hari Guru Nasional di Sekolah MI Mojokerto

Sebarkan artikel ini

MOJOKERTO (Suarapubliknews) – Suasana haru mewarnai Peringatan Hari Guru Nasional di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sabilurrosyad, Desa Jolotundo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Senin (25/11/2019) pagi.

Usai menggelar upacara bendera, ratusan siswa langsung memeluk para guru dengan penuh haru. Mereka kemudian memberikan seuntai bunga kepada masing-masing guru sebagai tanda terimakasih atas jerih payah pahlawan tanpa tanda jasa itu. Bahkan diantara mereka ada yang menangis, tak mampu menahan air mata.

“Terharu. Ingat salah kepada bapak ibu guru. Kami pengennya semakin di sayang sama bapak ibu guru,” ujar Adelia Rena, satu dari beberapa murid yang menangis dalam momen Peringatan Hari Guru Nasional tersebut.

Sementara itu Kepala Sekolah MI Sabilurrosyad, Suminto menyebut bahwa agenda ini baru kali pertama dilakukan. Namun pihaknya mengaku bangga dan berterima kasih pada siswa dan Guru bagian kesiswaan yang memberikan kesan positif di momen bersejarah ini.

“Saya pagi ini benar-benar sangat terharu, dan tidak bisa berkata apa-apa,” ujarnya.

Namun demikian, Suminto juga berpesan kepada para siswa untuk tetap menjaga akhlak yang baik kepada siapapun, baik di sekolah maupun di masyarakat.

“Saya sampaikan, yang pertama harus memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur kepada guru. Karena akhlak bagi kami adalah segalanya,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, dirinya juga berharap kepada pemerintah terkait untuk bisa memberikan bantuan lebih, disamping ucapan terimakasih atas apa yang telah diberikan pihak pemerintah sejauh ini. Tanpa mengurangi rasa syukur, Kepala Sekolah MI Sabilurrosyad mengaku pihaknya masih membutuhkan bantuan berupa fisik, moril, atau materil, khususnya untuk guru-guru yang belum tersertifikasi.

“Kami mengharapkan sertifikasi atau PPG, mudah-mudahan segera dibuka kembali,” pungkasnya.

Jumlah guru di MI Sabilurrosyad sendiri ada 12 orang. Sejauh ini ada tujuh guru yang sudah tersertifikasi, sementara sisanya masih belum. Mereka yang belum tersertifikasi menerima gaji dari sekolah sebesar Rp 500 ribu per bulan ditambah dengan tunjangan fungsional sebesar Rp 250 ribu. Mereka rata-rata sudah memberikan pengabdian antara 5-10 tahun di sekolah.

Kondisi itu memang jauh berbeda dengan kondisi guru yang sudah tersertifikasi. Mereka masing-masing telah menerima gaji sebesar Rp 2,5 juta hingga Rp 2,8 juta per bulan. (q cox, wid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *