Nasional

D’ Topeng Kingdom, Menilik Masa Lalu dengan dukungan Teknologi

34
×

D’ Topeng Kingdom, Menilik Masa Lalu dengan dukungan Teknologi

Sebarkan artikel ini

SOLO (Suarapubliknes.net) – Perimbangan kemajuan teknologi memberikan dampak pada perubahan pola perilaku pada masyarakat di segala bidang, demikian juga pada perilaku literasi dan edukasi masyarakat yang mengalami perubahan.

CEO Marketing Komunikasi Group, Ibu Elly T. Helsamer mengatakan bila dulu masyarakat mengunjungi museum dengan tujuan memperoleh edukasi dan gambaran akan suatu obyek atau pokok bahasan, kini pengunjung museum menginginkan untuk mendapatkan lebih dari sekedar edukasi ataupun pengamatan atas artefak tertentu.

“Kehadiran D’topeng Kingdom Group (DKG) sebagai holding beberapa museum, berupaya menjadikan museum sebagai sebuah Jendela untuk ‘membaca’ Kronik Sejarah yang terunut dalam perjalanan waktu di Indonesia, ‘Jendela’ yang dibangun ini, setidaknya bisa sekaligus menjadi sebuah kaca benggala untuk melihat torehan karya dari pendahulu bangsa agar kita bisa menyamai kebesaran mereka sekaligus bangga menjadi Bangsa Indonesia,” katanya.

Menurutnya idealisme pendirian museum ini mungkin akan tergerus oleh sifat manusia muda Indonesia saat ini yang cenderung praktis, dan bersandar pada kemajuan teknologi., DKG berupaya menyesuaikan diri, penggunaan teknologi sebagai sarana penunjang sekaligus daya pemikat bagi generasi muda.

“Di semua museum d’Topeng Kingdom Group. Pemanfaatan teknologi dilaksukan semaksimal mungkin sebagai penunjang konsep EDU-ART-TAINMENT yang diusung. Seperti pemanfaatan Augmented Reality, 4D Diorama, 3D Movie dan bermacam kemudahan teknologi lainnya adalah suatu upaya nyata agar museum menjadi obyek edukasi yang makin diminati oleh Masyarakat.,” lanjut Elly saat menjadi pemateri “Museum dan daya pikat penyajian koleksi berbasis IT”

Dalam gelaran Museum Goes to Campus (MGtC) ke-3 di Universitas Sebelas Maret (UNS), DKG berbagi pengalaman dalam pengelolaan Meseum berbasis IT dan memanfaatkan teknologi diharapkan memberikan motivasi kepada seluruh penyelenggara edukasi kesejarahan mengenai kebermanfaatan teknologi ini.

“Semua museum kami memiliki tematik tersendiri, History of Java misalnya, pengunjung diajak melihat sekilas secara audio visual bagaimana terbentuknya pulau Jawa hingga masyarakat yang ada di pulau Jawa. Pemanfaatan teknologi juga dilakukan dalam bentuk aplikasi Augmented Story Teller yang kini tengah dikembangkan oleh History of Java Museum,” tandasnya.

Museum Goes to Campus (MGtC) diikuti oleh 38 museum di Indonesia. Di antaranya Museum Bank Indonesia, Museum Nasional Jakarta, Museum Mandiri Jakarta, Museum Samanhoedi, Museum Batik Danar Hadi, Museum Sangiran, Museum UNS, Museum Pendidikan UNY, Museum Keris. MGtC kembali hadir sebagai perwujudan arti pentingnya edukasi terhafap nilai-nilai sejarah permuseuman dan cagar budaya khususnya untuk generasi muda. (q cox, Tama Dinnie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *