Jatim Raya

Dorong Penguatan Germas dan PHBS Untuk Optimalisasi Promotif dan Preventif Kesehatan

14
×

Dorong Penguatan Germas dan PHBS Untuk Optimalisasi Promotif dan Preventif Kesehatan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Untuk mengoptimalkan upaya promotif dan preventif kesehatan di seluruh lapisan masyarakat, perlu penguatan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas), Pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan Germas dan PHBS merupakan suatu tindakan terencana yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen pemerintah di semua tingkatan dan elemen masyarakat secara menyeluruh dan bersama- sama dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku hidup sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

“Tren dunia kesehatan saat ini memang lebih kepada promotif dan preventif. Untuk itu penguatan Germas dan PHBS perlu kita dorong terus. Apalagi, Germas dan PHBS merupakan sebuah gerakan untuk mengajak hidup sehat yang melibatkan masyarakat umum,” katanya.

Khofifah menambahkan, dalam rangka menguatkan Germas dan PHBS, selain elemen ormas dan organisasi profesi serta kampus juga perlu melibatkan kelompok millenial seperti raka-raki dan alumni paskibraka untuk menjadi duta kesehatan yang bisa melakukan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat.

Khususnya di kalangan remaja maupun di sekolah-sekolah. Sedangkan, untuk pendekatan di desa bisa dengan melibatkan kader PKK. Hal ini perlu dilakukan, mengingat PKK memiliki anggota hingga di level dasawisma.

“Pelibatan raka-raki atau cak-ning juga perlu kita lakukan untuk ikut mensosialisasikan pola hidup bersih dan sehat maupun menurunkan stunting dimulai dari hulunya yaitu kalangan para remaja dan pelajar di sekolah agar menjaga pola hidup sehat sehingga kesehatan reproduksinya juga sehat,” terang Khofifah.

Berbagai upaya pola hidup bersih dan sehat ini juga sebagai salah satu bentuk upaya untuk menurunkan angka stunting di Jatim. Terlebih, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 masih terdapat beberapa wilayah di Jatim yang angka stuntingnya sangat tinggi bahkan ada yang diatas 40 persen.

“Jika ada stunting, maka bisa menjadi calon kemiskinan masa depan , sehingga sejak dini harus diantisipasi. Karenanya, dibutuhkan komitmen untuk menurunkan stunting oleh semua pihak termasuk peningkatan kesadaran masyarakat atas bahaya stunting,” tegasnya.

Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat juga perlu terus dilakukan, mengingat penyebaran rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta relatif cukup merata. Sehingga, pelayanan kesehatan bagi masyarakat seharusnya dapat dilaksanakan secara lebih maksimal. Saat ini yang harus kita kordinasikan adalah pemerataan dokter spesialis terutama di kepulauan.

“Peran Puskesmas dan Ponkesdes perlu kita perkuat, pastikan tidak ada puskesmas tanpa dokter jaga. Berikutnya adalah menempatkan para dokter-dokter spesialis di berbagai rumah sakit terpencil dan kepulauan. Dengan demikian, kebutuhan layanan kesehatan masyarakat akan bisa terlayani relatif merata sampai dengan lini yang paling terbawah,” tukas Khofifah.

Pada kesempatan tersebut, mantan Menteri Sosial ini juga meminta kepada OPD terkait untuk membantu pondok pesantren (ponpes) khususnya ponpes yang melaksanakan pengasuhan anak yatim dan yatim piatu agar sanitasinya sehat. Termasuk di dalamnya adalah tentang jambanisasi dan kelistrikan.

Ia mencontohkan, salah satu ponpes yang bisa menjadi role model terkait sanitasi yang bersih dan sehat adalah pesantren Bahrul Maghfiroh di Dinoyo Malang. Pesantren ini mengasuh santri yatim dan yatim piatu secara gratis tetapi lingkungan sanitasinya bersih dan sehat. Tentu masih banyak contoh lainnya. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *