Bisnis

Fantasi Guru Sejati, Kisah Ayu Sang Guru TK

15
×

Fantasi Guru Sejati, Kisah Ayu Sang Guru TK

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Bagi seorang Ayu menjadi guru adalah panggilan hati. Terlahir sebagai anak tunggal yang mendapat pendidikan keras sejak kecil tidak menjadikannya manja namun tumbuh menjadi pribadi yang selalu optimis.

Penulis buku Fantasi Guru Sejati, Dyan Mukti Rahayu mengatakan synopsis cerita diatas bisa dikatakan biografi kehidupannya. Namun tertuang dalam bentuk novel catatan perjalanan kehidupan mulai masa kanak – kanak hingga Ia dewasa.

“Saya tidak mengatakan buku ini sebuah novel, lebih menyerupai catatan perjalanan kehidupan namun tertuang dalam sebuah cerita. Dan saya berharap mereka yang membacanya dapat terinspirasi untuk tetap optimis menghadapi lika liku kehidupan,” katanya.

Dalam buku setebal 162 halaman itu bercerita bagaimana Ayu kecil yang buruk rupa namun tetap riang dibalik sifatnya yang pendiam dan pemalu. Sebagai anak tunggal bukan berarti Ayu tinggal sendiri saat kedua orang tuanya bekerja, selalu banyak orang yang dapat menjadi temannya.

“Selain mempunyai saudara angkat, suatu saat ada keluarga asisten rumah tangga yang tinggal dirumah. Tapi yang terutama bagaimana kedua orang tua Ayu mengajarkan tentang tanggung jawab dan berbagi dengan sesama. Hal itu yang menjadikan Ayu setegar karang tidak mudah rapuh hanya karena cobaan hidup,” lanjut Didi, panggilan akrab Dyan.

Ilustrasi sederhana terkadang ke kanakkanakan menghiasi buku yang diterbitkan Dyan secara independent ini.

“Bukan tanpa alasan ilustrasinya seperti itu, mengingat saya bercimpung dalam dunia anak – anak yang penuh dengan kreativitas dan imajinasi. Saya ingin setiap pembaca dapat juga berimajinasi layaknya anak – anak,” papar konsultan visual desaign untuk sebuah sekolah ini.

Buku kelima milik Didi ini ingin mengajak khususnya para guru TK untuk tidak minder, karena Guru TK adalah ibu untuk semua anak usia dini. “Menjadi guru adalah suatu kebanggaan. Ketulusan hati akan terpancar tanpa harus terucap. Keiklasan jiwa akan terbaca tanpa harus tertera.,” pesannya. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *