Bisnis

Hidupkan Ludruk Bank Indonesia Gelar Pertunjukan Pahlawan Rupiah

10
×

Hidupkan Ludruk Bank Indonesia Gelar Pertunjukan Pahlawan Rupiah

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Alkisah terdapat Mak Iya yang dengan kesederhanaannya mampu menghidupi banyak orang dengan gethuknya, juga ada Baba Ahong yang tak mau menyimpan uangnya di luar negeri karena kecintaannya pada bangsa dan negara. Berbeda lagi dengan Mukidi yang selalu bingung dengan Rupiah yang dimilikinya dan selalu tak sabar untuk cepat-cepat menukarnya dengan US Dollar.

Tokoh Mak Iya, Baba Ahong dan Mukidi ini pun menghadapi dilemanya mana kala bangsa dan negaranya membutuhkan pengorbanan mereka tertuang dalam pertunjukan ludruk bertajuk “Pahlawan Rupiah” yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan komunitas Irama Budaya Sinar Nusantara.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Difi A. Johansyah mengatakan pagelaran ini juga menyambut Hari Pahlawan dan menjadikanya momen yang pas untuk mengangkat kembali seni budaya ludruk di Jawa Timur.

“Bank Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata, termasuk juga dengan mengangkat kembali seni budaya lokal seperti ludruk. Pelaksanaan pagelaran di De Javasche Bank ini menjadi wujud komitmen kami. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang mencintai dan mendukung ludruk sehingga mampu mendorong perekonomian Jawa Timur,” katanya.

Pertunjukan ludruk berdurasi 1,5 jam ini mengangkat cerita tentang kehidupan masyarakat dengan berbagai dilema mereka terkait Rupiah.

“Di tengah gejolak nilai tukar, kami mengapresiasi pertunjukan ludruk seperti ini yang kami harapkan mampu memberikan pemahaman dan membangkitkan kesadaran serta kecintaan masyarakat terhadap Rupiah. Mari menjadi berdaulat di negeri sendiri dengan mencintai Rupiah,” pungkas Difi.

Sementara itu anggota komisi XI DPR RI, Indah Kurnia mengungkapkan keinginannya menjadikan menjadikan ludruk sebagai sebuah kesenian khas Jawa Timur yang tak lekang oleh waktu dan dicintai oleh warganya layaknya kabuki di Jepang. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *