Nasional

Indonesia Bebas Pekerja Anak Melalui Rumah Pintar

14
×

Indonesia Bebas Pekerja Anak Melalui Rumah Pintar

Sebarkan artikel ini

Nusa Tenggara Barat (Suarapubliknews.net) – PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) berkomitmen mencegah dan meminimalisir keterlibatan anak-anak dalam perkebunan dan pengolahan tembakau melalui program ’Rumah Pintar’ di NTB sejak 2016.

Kepala Hubungan Daerah & CSR Sampoerna, Ervin Laurence Pakpahan mengatakan Rumah Pintar merupakan program layanan bagi anak-anak usia 7-18 tahun (SD-SMA) dengan kegiatan positif dan edukatif. “Program ini juga merupakan upaya Sampoerna mendukung kebijakan pemerintah mencapai Indonesia Bebas Pekerja Anak 2022,” katanya.

Sebagai puncak rangkaian kegiatan, Sampoerna menggelar Kompetisi Anak di Bencingah, Lombok Tengah bermitra dengan Koalisi Perempuan Indonesia dan Festival Rumah Pintar di Selong, Lombok Timur bermitra dengan Lembaga Transform.

“Kami bersama mitra, baik LSM maupun pemasok, berkomitmen mencegah dan mengeliminasi praktik pekerja anak di Lombok. Oleh karena itu, melalui payung program tanggung jawab sosial perusahaan ’Sampoerna Untuk Indonesia’, kami mempersembahkan program Rumah Pintar untuk menyediakan ruang belajar dan bermain yang produktif bagi anak-anak di luar waktu sekolah,” lanjut Ervin.

Pada tahun 2018, terdapat 22 Rumah Pintar di berbagai wilayah NTB. Dari jumlah tersebut, 8 Rumah Pintar bermitra dgn Koalisi Perempuan Indonesia dan 14 Rumah Pintar bermitra dengan Lembaga Transform.

Kedua acara puncak dilaksanakan untuk menampilkan keterampilan anak- anak selama mengikuti kegiatan belajar di Rumah Pintar. Ajang tersebut diharapkan dapat memberi motivasi bagi anak-anak untuk secara aktif terlibat kegiatan yang sesuai dengan usianya serta menjauhkan mereka dari aktivitas di ladang tembakau.

Dalam acara ini pula dilakukan pembacaan ’Deklarasi Pemenuhan Hak-Hak Anak dan STOP Pekerja Anak’ oleh perwakilan pelajar, petani binaan, buruh tani, tutor dan pengelola ’Rumah Pintar’, serta orang tua murid.

Sampoerna bersama kedua LSM melibatkan Pemerintah Daerah terkait dari Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur serta perangkat desa, mitra pemasok, pengelola dan tutor, para petani tembakau, maupun anak-anak yang telah memanfaatkan program ini untuk mengisi waktu mereka sepulang sekolah.

Sekretaris Wilayah Koalisi Perempuan Indonesia NTB, Selly Ester Br Sembiring memaparkan tujuan pelaksanaan, selain ditujukan untuk mengurangi keterlibatan anak-anak di pertanian tembakau, kegiatan ini juga berupaya untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.

“Kompetisi Anak adalah ruang untuk saling berbagi pengalaman, tukar pengetahuan dan informasi bagi anak-anak, tutor, pengelola Rumah Pintar, maupun pemangku kepentingan lainnya,” terangnya.

Direktur Lembaga Transform, Suyono memaparkan berdasarkan data Lembaga Transform, program Rumah Pintar telah menjadi tempat bermain dan belajar bagi 7.037 anak atau 74 persen dari total jumlah anak-anak di 14 desa, sehingga mereka tidak menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan di ladang tembakau.

Daerah yang dipilih untuk lokasi program adalah desa penghasil tembakau, seperti Desa Padamara, Setanggor, Jantuk, Kabar, Rumbuk, Sukadana, Montong Baan, Sakra Selatan, Gelanggang, Bungtiang, Senyiur, Batu Putik, Sepapan, dan Jerowaru. Program ini juga melibatkan 163 orang warga setempat sebagai fasilitator lapangan, pengelola, dan mentor.

“Dari hasil evaluasi yang kami lakukan, ternyata program ini mampu mengubah kebiasaan dari 74 persen anak-anak yang dulunya turut beraktivitas di kebun tembakau setelah pulang sekolah. Sekarang, alih-alih pergi ke kebun, anak-anak dapat singgah ke Rumah Pintar untuk mengembangkan minat dan bakat mereka,” paparnya.

Sampoerna mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam mencegah keterlibatan pekerja anak di ladang tembakau dan perkebunan lainnya. Menurutnya anak-anak memiliki hak untuk bermain dan belajar sesuai usianya.

“Oleh karena itu, program Rumah Pintar diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan kebijakan untuk menunjang perkembangan anak-anak, khususnya bagi peningkatan kompetensi generasi muda dan mencapai ’Indonesia Bebas Pekerja Anak’,” pungkas Ervin. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *