Pemerintahan

Kapan Surabaya Memiliki Pengolahan Air Minum Seperti di Singapura?

14
×

Kapan Surabaya Memiliki Pengolahan Air Minum Seperti di Singapura?

Sebarkan artikel ini

SINGAPURA (Suarapubliknews) – Kebutuhan air minum di seluruh wilayah Indonesia telah menjadi persoalan klasik yang nyaris tak pernah mendapatkan solusi dalam setiap dekade, termasuk untuk Kota Surabaya, meski telah masuk kategori baik di pengolahan air bersih.

Pasalnya, untuk bisa mengolah air hingga mencapai kategori layak minum membutuhkan biaya yang sangat mahal, sementara PD Surya Sembada milik Kota Surabaya harus mengoptimalkan seluruh pembiyaannya secara mandiri, termasuk operasional.

Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan Singapura yang seluruh pembiayaan untuk pengolahan air menjadi tanggung jawab pemerintah, mulai dari anggaran risert, pengadaan peralatan hingga operasional.

Kebutuhan air di Singapura dicukupi dengan 50 % impor air dari Malaysia, 30 % saat memanfaatkan air recycling yang diolah oleh NeWater, dan 20 % lainnya memanfaatkan air hujan dengan menampung di Waduk (Reservoir) serta desalinasi (mengolah air laut).

Tempat pengolahan air di Singapura bernama Samwoh Eco Building (Recycling) Newater, yang sesuai dengan Master Plan-nya telah merencanakan air recycling mencapai 50 % untuk tahun 2060 nanti.

Di area Water Treatment Plant ini ternyata juga digunakan sebagai sarana edukasi yang menyuguhkan Video tentang betapa berharganya air.

Tidak hanya itu, tempat ini juga menyediakan games tentang air air kemudian proses pengolahan air yang ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dan mudah dipahami berbagai kalangan termasuk masyarakat awam.

“Semua air limbah baik yang berasal dari rumahtangga (domestic), industri, perkantoran dan lain-lain di tampung melalui jaringan pipa yang kedalamannya 50 meter dan kemudian ditampung Waduk (Reservoir) di kawasan Changi serta di reklamasi,” ucap Stella, pemandu dari Newater. Sabtu (21/12/2019).

Stella mengatakan jika air limbah diolah Newater hingga siap menjadi air baku untuk air minum.

“Selanjutnya air tersebut diproses menggunakan teknologi Ultrafiltrasi, Reverse Osmosis dan Ultra violet untuk disinfectannya, sehingga siap didistribusikan serta bisa langsung diminum,” paparnya.

Sayangnya, Stella tak mampu menjelaskan soal jenis dan bahan material yang digunakan dalam setiap tahapan penyaringan air yang mampu menahan partikel dengan besaran hingga nol koma sekian mili mikron.

“Iya maaf, ini pertanyaan baru. Saya harus bertanya dulu kepada pihak yang terkait. Saya janji akan menyampaikannya di lain kesempatan,” kilah Stella kepada media ini.

Di akhir paparannya, Stella memberikan satu botol air kemasan produk NeWater yang siap minum. Dan ternyata, air recycling rasanya tidak kalah dengan air kemasan biasa.

Pertanyaannya, Bagaimana dengan Surabaya? kita tunggu saja perkembangannya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *