Jatim Raya

Ketua Takmir dan Pengurus Masjid Terbentuk, Konflik Warga Graha Kuncara Sidoarjo Selesai

46
×

Ketua Takmir dan Pengurus Masjid Terbentuk, Konflik Warga Graha Kuncara Sidoarjo Selesai

Sebarkan artikel ini

SIDOARJO (Suarapubliknews) – Perseteruan yang menyelimuti warga perumahan Graha Kuncara Sidoarjo dalam menentukan kaidah keimanan di Masjid Graha Nursalam berakhir, dan telah mengumumkan pembentukan takmir. Sabtu (13/7/2109) malam.

Pertemuan dengan agenda membahas pembentukan kepanitiaan Idul Adha ini dihadiri oleh sekira 100 jamaah, yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman pembentukan ketua takmir dan pengurusnya.

Acara yang berlangsung alot ini akhirnya bisa diputuskan setelah ketiga pendiri yayasan Graha Nursalam menyetujui mengangkat ketua takmir juga pengurus lainnya.

Kadaryono selaku ketua RW sekaligus pendiri yayasan, berharap agar masjid bisa digunakan oleh masyarakat umum, khususnya warga Graha Kuncara Sidoarjo yang mayoritas umat nahdliyin.

Menurut dia, terbentuknya ketua dan pengurus takmir ini diharapkan bisa meminimalisir dan mengantisipasi pergerakan semua ajaran yang diduga berhaluan keras.

“Saya selaku RW dan sekaligus pendiri harus tegas mengambil sikap dalam membersihkan pengurus yang masih terinfeksi ajaran terindikasi berhaluan keras ini,” tegas kadaryono selaku ketua RW sekaligus pendiri yayasan.

Dia juga berharap, kepengurusan dan ketua takmir yang terbentuk bisa amanah sekaligus juga bisa mengelola serta memelihara kebersihaan masjid sehingga kenyamanan dalam beribadah sangat diharapkan warga.

Sementara Muhtar ketua Takmir yang sudah diberi Amanah, mengatakan jika dirinya bersama pengurus lainnya akan bekerja erasa untuk menjalankan amanah yang diberikan dan bertindak lebih preventif membendung ajaran yang terindikasi frontal, setelah SK diterbitkan.

“Ini supaya tidak merambah lagi masuk dalam jajaran pengurus masjid graha nursalam ini” ucapnya.

Hasil penelusuran media ini di lokasi, warga memang sangat menginginkan perubahan diantaranya pembentukan takmir, yang dianggapnya sebagai langkah awal dalam rangka membersihkan ajaran yang dianggap frontal. (q cox, NH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *