Nasional

Pagi Ini, Gunung Agung Meletus Tiga Kali

15
×

Pagi Ini, Gunung Agung Meletus Tiga Kali

Sebarkan artikel ini

BALI (Suarapubliknews.net) – Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali kembali meletus pada Senin (2/6/2018). Letusan terjadi 3 kali yakni pada pukul 06:19 Wita, 06:41 Wita, dan 06:55 Wita dengan tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter di atas puncak kawah.

Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Menurut rekaman seismograf di pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, pada erupsi pertama, gempa letusan berlangsung 3 menit 47 detik dengan amplitudo maksimum 18 mm.

Tinggi kolom abu masing-masing teramati setinggi 1.000 m dan 700 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Kedua, erupsi susulan terekam di seismogram masing-masing dengan amplitudo maksimum 18 mm dan 20 mm, durasi 2 menit 11 detik dan 2 menit 38 detik.

Kepala pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, saat ini Gunung Agung masih berada pada status level III (siaga).

Secara visual, erupsi terus teramati. “Dari 27 Juni hingga 2 Juli 2018 pukul 09:00 Wita, ketinggian kolom erupsi (gas dan abu) cenderung menurun namun tidak terlalu signifikan yaitu dari 2.500 meter di atas puncak menjadi pada kisaran 200-2.000 meter di atas puncak,” kata Kasbani.

Pada malam dan dini hari, sinar api (glow) di atas kawah masih teramati. Hal ini mengindikasikan adanya material lava segar dengan temperatur tinggi di dalam kawah dan masih adanya pergerakan magma ke permukaan.

Karena itu masyarakat di sekitar Gunung Agung, pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tidak beraktivitas dan mendaki di zona perkiraan bahaya, yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari kawah puncak Gunung Agung. Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan.

“Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak,” kata Kasbani. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *