Pemerintahan

Peringati HUT RI ke 73, Warga Kolong Jembatan Tol Tambak Asri Surabaya Bersurat ke Capres dan Cawapres

15
×

Peringati HUT RI ke 73, Warga Kolong Jembatan Tol Tambak Asri Surabaya Bersurat ke Capres dan Cawapres

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 tahun, Komunitas Tolong Menolong (KTM) mengajak ratusan anak-anak, remaja serta ibu-ibu yang menjadi penghuni bawah jembatan Tol Tambak Asri & Kampung 1001 Malam untuk mengikuti aneka lomba, Jumat (17/8).

Diantaranya, lomba makan kerupuk dengan kaki diikat tali rafia untuk anak-anak. Lalu ada lomba memecahkan plastik berisi air dengan mata tertutup untuk remaja. Serta lomba joget berpasangan dengan mendekap balon yang diperuntukkan untuk kaum ibu.

Menurut Daniel Lukas Rorong, Ketua Komunitas Tolong Menolong (KTM), aneka lomba ini sengaja dibuat untuk mengajak warga yang menghuni kawasan kumuh yang berada di Surabaya Utara ini memeriahkan Hari Kemerdekaan dengan aneka lomba yang sudah disiapkan para relawan KTM.

“Untuk hadiahnya, tidak perlu mahal. Yang penting, nuansa kebersamaan dan kekeluargaan yang ingin kita ciptakan dalam acara ini,” kata Daniel yang sudah 10 tahun ini menjadi relawan kemanusiaan.

Uniknya, warga yang sebagian besar bermata pencaharian tukang becak, pemulung, pengamen dan kuli bangunan ini juga diajak untuk berpartisipasi dalam acara “Menulis Surat untuk Capres & Cawapres”. Anak-anak dan remaja pun diajak serta untuk menuliskan harapan serta cita-cita mereka kelak.

Salah satu surat yang ditulis oleh Syakilla Kharisma Nabila Putri (14 tahun), adalah sebagai berikut:

Surat untuk Pak Jokowi dan Pak Prabowo…

  • Kami ingin hidup seperti orang-orang yang lain yang memiliki rumah sah, bukan seperti kami yang hidup di kolong jembatan. Kami pun manusia seperti orang-orang, tapi kenapa kami berbeda dengan yang lain. Kami hanya butuh keadilan.
  • Saya pun ingin seperti mereka-mereka yang bisa kuliah, bukan hanya lulusan SMP dan SMK.
  • Dimana-mana orang seusia kami sekolah, tapi mengapa beda dengan kami? Di usia kami, kami bekerja, bukan sekolah.
  • Dimana semua makan enak, kami hanya makan dengan lauk yang ada.

Anak yang lain bernama Resa Vika Ratu (9 tahun), juga ikut menulis yang isinya sebagai berikut:

Surat untuk Pak Joko Widodo…

  • Aku ingin membeli tas, sepatu dan seragam sekolah. Aku ingin sekolah tinggi agar bisa membanggakan Indonesia.
  • Jika cita-citaku menjadi guru tercapai, aku akan membagi sembako pada anak yatim piatu dan memberi anak jalanan.
  • Aku bersyukur mempunyai presiden sepertimu, Pak Joko Widodo.
  • Ali Purwati (51 tahun). Dalam suratnya, ibu 3 anak ini menulis demikian :
  • Saya memilih Bapak Joko Widodo dan Bapak KH. Ma’ruf Amin.
  • Saya doakan bapak sehat wal’afiat dan sukses.
  • Saya berharap perekonomian bisa stabil dan harga sembako bisa turun.
  • Dan kami berharap mendapatkan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, dan minta rumah yang sah.

Menurut Dra. Sudarwati, MM, Pembina “Komunitas Tolong Menolong” (KTM), pihaknya ingin memberikan kebebasan berekspresi pada warga yang bermukim di kawasan kumuh ini.

“Silahkan menuangkan unek-uneknya pada calon pemimpin bangsa ini untuk periode selanjutnya. Termasuk menentukan pilihannya,” ujar mantan anggota DPRD Surabaya Periode 2009-2014 ini.

Bahkan perempuan paruh baya yang sudah 35 tahun berkecimpung di dunia pendidikan ini juga berharap, ada calon pemimpin atau “orang besar” yang berasal dari kawasan ini.

“Siapa tahu kelak, ada calon menteri atau calon Presiden sekalipun dari anak-anak yang tumbuh di kampung kumuh ini. Amien,” doanya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *