PeristiwaPolitik

10 Tahun Aliran Air PDAM Mati, Warga Blauran Kidul ‘Wadul’ ke Legislator DPRD Surabaya

61
×

10 Tahun Aliran Air PDAM Mati, Warga Blauran Kidul ‘Wadul’ ke Legislator DPRD Surabaya

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Anas Karno Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya berkunjung ke pemukiman padat penduduk Blauran Kidul yang lokasinya berada di pusat kota, untuk melihat langsung kondisi masyarakat yang mengeluhkan soal layanan ketersediaan air bersih dari PDAM Surya Sembada Surabaya.

Saat berada di lokasi, politisi PDIP ini mandapatkan keluhan dari warga di kampung Blauran Kidul, jika selama 10 tahun mereka tidak dapat menikmati aliran air bersih dari PDAM.

“Sudah 10 tahun air PDAM mati. Kita sudah berkali-kali lapor ke pihak PDAM bahkan datang ke kantor PDAM tapi hasilnya nihil. Pipa saluran PDAM sampai sekarang belum diperbaiki,” ujar Mohammad Zulkarnaen warga Blauran Kidul gang1 nomor 8, kepada Anas Karno. Sabtu sore (30/07/2022).

Lebih lanjut Zul mengatakan, ada sekitar 20 rumah yang tidak mendapat layanan air bersih PDAM. “Pemukiman ini perbatasan. Jadi barisan rumah di sebelah barat masuk Blauran Kidul gang 1, sedangkan di sisi timur masuk Kebangsren,” imbuhnya.

Zulkarnaen menjelaskan, dulu pernah ada petugas PDAM yang datang ke kampung mereka, untuk melakukan pengukuran. Namun sampai sekarang tetap saja tidak ada perbaikan. “Tunggu anggaran,” ucap Zul menirukan perkataan dari pihak PDAM Surya Sembada.

Zul kembali menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga membeli ke penjual air keliling. “Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kita beli air galon isi ulang,” ungkapnya.

Menurut Zul, dirinya memanfaatkan air sumur untuk mandi. Tapi kondisi airnya keruh. “Mau gimana lagi. Terpaksa untuk menghemat biaya. Padahal kita ini tinggal di pusat kota,” keluhnya.

Wakil Ketua Komisi B Anas Karno prihatin atas kondisi warga tersebut. “Apalagi perkampungan ini letaknya di pusat kota, pusat kegiatan bisnis segi empat emas, dekat dengan kampung Ketandan dan Tunjungan Romansa, yang saat ini menjadi ikon wisata Surabaya,” tegasnya.

Politisi PDIP Surabaya itu meminta, supaya PDAM Surya Sembada segera menangani persoalan tersebut, sehingga warga tidak lagi susah akan air bersih.

“Sebenarnya ini perkara mudah. Wong jaringan pipa di kampung ini sudah ada. Didukung juga jaringan di kampung sekitarnya juga ada. Apalagi aliran air di kampung tetangga juga normal,” jelasnya.

Anas menekankan supaya PDAM Surya Sembada lebih detail lagi terhadap layanan ketersediaan air bersih, bagi warga Surabaya. Karena masih banyak warga Surabaya, yang belum mendapatkan air PDAM.

“Apalagi pak Dirut PDAM Surya Sembada yang baru, sekarang lagi giat menambah pemasangan PDAM, untuk mengejar target tahun 2023 seluruh warga Surabaya mendapatkan air bersih PDAM,” pungkasnya.

Hal berbeda disampaikan warga lain bernama bu Tia, menurutnya, meski air bersih PDAM tidak mengalir warga tetap dikenakan tagihan untuk administrasi.

“Ketika bulan Januari, Maret, April tagihannya sekitar Rp 18 ribuan. Namun setelah itu naik menjadi sekitar Rp 60 ribu lebih. Tidak dapat air tapi tetap disuruh bayar,” keluhnya.

Akibatnya ada sedikitnya 3 warga yang berhenti menjadi pelanggan PDAM, karena keberatan membayar. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *