SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Seniman asal Yogyakarta, Mulyana, bersama karakter alter egonya, The Mogus, menggelar pameran tunggal bertajuk “A Man, A Monster, and The Sea” di Orasis Art Space, Surabaya. Pameran yang berlangsung dari 23 November 2024 hingga 26 Januari 2025 ini menjadi refleksi mendalam atas perjalanan kreatif Mulyana yang memadukan seni modular dengan pesan tentang hubungan manusia, identitas, dan alam.
Mulyana menjelaskan teknik rajut modular yang telah menjadi ciri khasnya, melalui teknik ini, ia mengolah bahan sederhana menjadi instalasi megah yang kompleks dan sarat makna. “Awalnya saya pakai kertas origami, tapi kemudian saya menemukan rajutan sebagai media yang lebih kuat dan menarik,” ujarnya.
Setelah sukses dipamerkan di Form Gallery, Australia, dan Orange County Museum of Art, Amerika Serikat, karya-karya Mulyana kini hadir di Surabaya dalam skala lebih besar. Instalasi yang ditampilkan, termasuk karakter ikonik Mogus (Monster Gurita Sigarantang), menggabungkan elemen laut seperti ikan dan koral. Karya-karya ini mengajak pengunjung untuk merenungkan keberlanjutan dan transformasi, baik dalam seni maupun kehidupan.
Kurator Nala Nandana menyebut bahwa pameran ini dirancang untuk memberikan pengalaman imersif bagi pengunjung, dengan instalasi yang merespons arsitektur Orasis Art Space. Selain pameran utama, serangkaian acara seperti Monster Day, Kids & Family Guide Tour, dan lokakarya turut dihadirkan untuk melibatkan komunitas seni Surabaya.
Bersamaan dengan pameran ini, Mulyana juga berkolaborasi dengan The Westin Surabaya melalui festival seni bertajuk Westin FestivART. Dua instalasi karyanya, “Heart House” dan “Sudarsana”, dipajang di area publik hotel, menambah nuansa meriah dan hangat pada akhir tahun.
Cluster Director of Sales & Marketing The Westin Surabaya, Lala Samsura mengatakan Westin FestivART pertama digelar. “Ingin mengangkat sesuatu yang berbeda, termasuk The Mogus ini sendiri. Sangat unik. Seniman lokal yang tak kalah hebat dengan seniman luar negeri,” ungkapnya.
Dengan kolaborasi ini, karya seni Mulyana semakin dikenal luas, sekaligus menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga hubungan dengan alam dan menghargai proses perubahan. “A Man, A Monster, and The Sea” bukan hanya sekadar pameran, tetapi juga sebuah ruang untuk refleksi dan partisipasi. (q cox, tama dini)