SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur menegaskan peran strategisnya dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan sektor jasa keuangan di wilayah ini. Dalam media briefing bersama Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Kementerian Keuangan, OJK menyoroti pentingnya sinergi antar lembaga sebagai fondasi utama menghadapi dinamika ekonomi global dan nasional.
Kepala OJK Jawa Timur, Yunita Linda Sari mengatakan OJK Jawa Timur berkomitmen memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk media massa, untuk transparansi dan edukasi publik. “Sinergi ini bertujuan mengawasi industri jasa keuangan secara efektif, melindungi konsumen, dan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
Kinerja sektor perbankan Jawa Timur pada triwulan pertama 2025 menunjukkan pertumbuhan solid. Kredit tumbuh 6,37 persen year-on-year (yoy) mencapai Rp609 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 2,94 persen yoy menjadi Rp793 triliun. Hal ini mencerminkan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha terhadap perbankan lokal.
Stabilitas perbankan tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) sebesar 3,29 persen dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di angka 30,43 persen. Rasio likuiditas juga terjaga dengan AL/DPK sebesar 11,16 persen dan AL/NCD sebesar 52,62 persen, menunjukkan ketahanan sektor perbankan terhadap risiko likuiditas.
Pasar modal Jawa Timur juga berkembang pesat dengan jumlah emiten meningkat dari 38 perusahaan pada 2019 menjadi 58 perusahaan per Maret 2025. Total investor mencapai 1,8 juta Single Investor Identification (SID), menjadikan Jawa Timur provinsi ketiga terbesar secara nasional dalam jumlah investor.
Sektor asuransi mencatat premi sebesar Rp20,83 triliun, tumbuh 1,19 persen yoy, dengan asuransi jiwa mendominasi 76,31 persen dari total premi. Industri dana pensiun dan penjaminan juga menunjukkan perkembangan positif dengan total aset neto dana pensiun Rp4,36 triliun dan outstanding penjaminan Rp8,13 triliun.
Lembaga keuangan non-bank seperti perusahaan pembiayaan, fintech lending, modal ventura, dan lembaga keuangan mikro menunjukkan tren pertumbuhan positif. Total pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 6,11 persen yoy menjadi Rp47,32 triliun, sementara fintech lending naik 27,66 persen yoy mencapai Rp10,03 triliun.
OJK Jawa Timur aktif melaksanakan program literasi dan inklusi keuangan, seperti Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) yang telah menjangkau lebih dari 288.000 peserta. Program lain seperti Kredit Melawan Rentenir (K/PMR) dan Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) berhasil meningkatkan akses keuangan masyarakat.
Yunita Linda Sari menegaskan bahwa kolaborasi lintas lembaga menjadi kunci utama menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif. “OJK juga fokus pada inovasi dan regulasi adaptif untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan,” tegasnya.
Melihat kinerja positif ini, prospek ekonomi Jawa Timur tampak menjanjikan dengan sinergi kuat antar lembaga, inovasi fintech, dan program literasi yang memperluas akses keuangan. OJK optimis sektor jasa keuangan akan terus menjadi pilar utama dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. (q cox, tama dini)