SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Dalam rangka memperingati 95 tahun perjalanan di industri mode Indonesia, Bie Hin Tailor menggelar acara istimewa bertajuk La Maison Fantasia di Shangri-La Grand Ballroom Surabaya. Terinspirasi dari dunia magis Disney, pertunjukan ini menampilkan perpaduan antara runway fashion, musik teatrikal, dan aksi sosial melalui program Bie Hin Peduli.
Presiden Direktur sekaligus Creative Director Bie Hin Tailor, Abraham Setiawan, menyampaikan bahwa acara ini bukan hanya perayaan usia, tetapi juga momen refleksi nilai, harapan, dan kontribusi sosial yang selama ini menjadi bagian dari perjalanan brand. “Melalui acara ini, kita mau berbagi tentang mimpi dan kepercayaan bahwa perjalanan bisnis sejati bukan hanya tentang pertumbuhan usaha, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberi kembali kepada masyarakat,” ungkapnya.
Pertunjukan La Maison Fantasia menghadirkan lebih dari 70 koleksi busana pria dan wanita, yang terinspirasi dari karakter dan cerita Disney. Namun berbeda dari pendekatan biasa yang bersifat anak-anak, Bie Hin mengangkat interpretasi baru dengan sentuhan jazz, keanggunan, dan estetika high fashion. “Karakter Disney kami ubah menjadi koleksi yang lebih dewasa dan berkelas, tanpa kehilangan pesan moral yang kuat,” ujarnya.
Seluruh desain yang ditampilkan merupakan hasil kolaborasi dengan Concept dan Majestic Hocus Pocus, menghadirkan runway interaktif dengan nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran, ketekunan, dan cinta tanpa pamrih.
Melalui program Bie Hin Peduli, acara ini juga menekankan pentingnya tanggung jawab sosial. Salah satunya adalah melalui bazaar amal bertajuk “Together We Rise” yang melibatkan berbagai brand lokal seperti Peurle Jewelry, Atara Batik, Avue Parfums, Gifanka Gallery, dan Facena Beauty Clinic.
Setiap brand berkomitmen menyumbangkan 30% dari hasil penjualan untuk mendukung anak-anak dari keluarga kurang mampu serta penyandang disabilitas di Surabaya. “Charity bukan sekadar memberi, tetapi berbagi tanggung jawab sosial dan menenun harapan bersama,” tuturnya.
Bie Hin menyoroti tantangan yang dihadapi lebih dari 8 juta penyandang disabilitas di Indonesia, termasuk keterbatasan akses pada fasilitas publik, pendidikan, dan transportasi. “Kami ingin mereka memiliki hidup yang lebih mudah, bukan mewah,” jelasnya.
Komitmen sosial ini juga mencakup perhatian kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar mereka, mulai dari pendidikan hingga gizi. Bie Hin berharap acara ini menjadi pengingat bahwa di tengah kemewahan dunia fashion, nilai-nilai kemanusiaan tetap harus dijunjung tinggi.
Acara ini turut melibatkan berbagai tokoh inspiratif dari Surabaya dan sekitarnya, seperti Elisheba Soetopo (Pastor Alfa Omega Church), Ivana Tantoyo (Direktur The Grand Kenjeran), Michael Lauw (Interior Designer), Novia Simon (Founder 3C Gym), Dr. Daniel Widiyanto (Founder Facena Beauty Clinic), Dian Apriliana (Direktur Marketing Pakuwon Group), hingga Inne Nova (Ketua Hijabers Mom Community). Kehadiran mereka memberikan dukungan moral dan memperkuat pesan acara: bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan kecil bagi orang lain.
Sebagai penutup, Abraham menyampaikan harapan agar Bie Hin Peduli suatu saat dapat berdiri sebagai yayasan mandiri. “Kami ingin bukan hanya menjadi jembatan bantuan, tetapi menjadi lembaga yang secara langsung mampu melayani lebih banyak, lebih cepat, dan lebih tepat,” tegasnya.
Dengan semangat Trust, Tenacity, dan Treasure, Bie Hin menandai perjalanan 95 tahunnya bukan hanya dengan keindahan busana, tetapi juga dengan aksi nyata membangun dunia yang lebih peduli dan inklusif.
Dalam lima tahun ke depan, Bie Hin berencana melakukan ekspansi dan transformasi digital, termasuk penerapan Artificial Intelligence (AI) untuk mendukung pelayanan. “AI bukanlah ancaman. Yang salah adalah jika kita tidak mengikutinya. Tapi kami tetap mempertahankan sentuhan personal yang menjadi identitas Bie Hin,” tutupnya. (q cox, tama dini)