Pemerintahan

Beras di Surabaya Aman, Strategi Tim Inflasi Sukses Jaga Harga Tetap Stabil

132
×

Beras di Surabaya Aman, Strategi Tim Inflasi Sukses Jaga Harga Tetap Stabil

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah proaktif untuk mencegah kenaikan harga beras, memastikan pasokan tetap stabil dan terjangkau bagi warga. Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, Pemkot Surabaya berupaya keras menjaga kestabilan harga bahan pokok, terutama beras.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa Pemkot memiliki Tim Pengendali Inflsi Daerah (TPID) yang secara khusus bertugas menjaga harga agar tidak melonjak.

“Tim ini bekerja sama dengan Bulog dan berbagai pihak terkait untuk mengendalikan harga,” kata Wali Kota Eri, Jumat (15/8/2025).

Menurut Wali Kota Eri, Pemkot Surabaya tidak khawatir mengenai pasokan beras karena sudah menjalin kerja sama dengan daerah-daerah penghasil beras.

“Selama pasokan dari daerah lain terus terkirim sesuai dengan nota kesepahaman (MOU) yang ada, Insyaallah pasokan di Surabaya akan aman,” jelasnya.

Sementara itu,  Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag) Surabaya, Febrina Kusumawati, menambahkan bahwa timnya fokus pada sisi harga.

Ia menekankan bahwa Pemkot Surabaya akan terus memantau situasi dan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk memastikan harga beras di kota tetap terkendali.

“Kami berkoordinasi dengan Bulog, para supplier, dan BPS untuk memantau harga pasar secara rutin. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kenaikan harga yang drastis,” imbuh Febri sapaan akrabnya.

Febri juga menjelaskan pentingnya melakukan verifikasi informasi dari pedagang. “Kami mendapat laporan adanya kenaikan harga sekitar Rp500 hingga Rp1000 per kilogram, tetapi setelah kami cek, stok beras Bulog masih memadai dan harganya stabil. Jika Bulog bisa menjaga pasokan, seharusnya tidak ada gejolak harga,” jelasnya.

Terkait dugaan adanya beras oplosan, Febri menegaskan bahwa timnya belum menemukan bukti di lapangan.

“Dugaan seperti ini harus dibuktikan melalui uji laboratorium. Kita tidak bisa hanya berasumsi. Hasil uji lab akan menjadi dasar untuk mengambil tindakan,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *