SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Surabaya menjadi salah satu kota pelaksana Pekan Gastronomi Prancis 2025 atau Le Goût de France – Cita Rasa Prancis, j’adore !, yang digelar Kedutaan Besar Prancis melalui Institut français d’Indonésie (IFI) bekerja sama dengan Alliance Française Indonesia, Business France, dan Disciples Escoffier Indonesia.
Edisi ketiga festival kuliner lintas budaya ini berlangsung serentak pada 1–13 Oktober di 40 kota dan 10 pulau di Indonesia, melibatkan lebih dari 140 restoran yang menyajikan menu khas Prancis.
Direktur IFI Surabaya, Vincent Padaré, dalam pembukaan rangkaian kegiatan di Surabaya mengatakan fokus tahun ini adalah pelatihan vokasi dan transfer pengetahuan, melalui lebih dari 16 lokakarya yang dipandu oleh instruktur dari Centre de Formation d’Apprentis (CFA) Poitiers, Monin Sirop, dan Lesaffre, bersama chef ternama Prancis.
“Kami ingin menunjukkan bahwa gastronomi bukan hanya tentang makanan, tetapi juga seni dan transmisi pengetahuan. Festival ini menjadi jembatan budaya dan menginspirasi para pelajar untuk mengenal dunia melalui kuliner,” katanya.
Di Surabaya, IFI berkolaborasi dengan sejumlah sekolah dan restoran, di antaranya SMAK Santo Hendrikus, SMK 12 Surabaya, serta Domicile Kitchen & Lounge. Kegiatan meliputi lokakarya, demo memasak, degustasi, dan latihan mixology.
Sorotan acara tahun ini adalah kehadiran Guillaume Long, komikus kuliner asal Prancis yang dikenal lewat seri To Drink and To Eat, bersama istrinya Claire Geraghty, seorang pastry chef. Keduanya mengadakan lokakarya menggambar dan demo kuliner di beberapa kota, termasuk di SMK 12 Surabaya, sekaligus menunjukkan bagaimana makanan dapat menjadi medium mengenal budaya.
Kepala Sekolah SMAK Santo Hendrikus, RD. F.X. Satriyo Widyatmoko, menilai keterlibatan sekolahnya dalam festival ini sejalan dengan visi pembelajaran bahasa asing. “Belajar bahasa berarti belajar budaya. Gastronomi adalah bagian dari budaya itu. Kami senang siswa dapat belajar langsung dari profesional Prancis, kali ini dengan menu klasik Paris-Brest. Ini menumbuhkan minat mereka untuk mendalami bahasa Prancis,” ujarnya.
Ia menambahkan, melalui pengalaman seperti ini, siswa dapat memahami nilai-nilai budaya, gaya hidup, dan cara pandang masyarakat lain yang menjadi bagian dari proses pembelajaran bahasa.
Salah satu mitra kuliner festival di Surabaya, Domicile Kitchen & Lounge, memperkenalkan kue legendaris Paris-Brest kepada pelajar. Marketing Domicile Kitchen & Lounge Oza Iskandar mengatakan pihaknya memilih Paris-Brest karena punya cerita sejarah. “Kue ini diciptakan untuk mendukung ajang balap sepeda Paris–Brest–Paris pada akhir abad ke-19, bentuknya yang bulat terinspirasi dari roda sepeda,” jelasnya.
Menurut Oza, kue berbahan dasar adonan choux ini relatif mudah dibuat, hanya memerlukan teknik dan peralatan yang tepat. Ia berharap generasi muda semakin tertarik menekuni dunia kuliner dengan memahami sejarah di balik hidangan.
Rangkaian Pekan Gastronomi Prancis 2025 juga akan mencapai puncak dengan peluncuran edisi kedua FITT (French-Indonesian Training of Trainers on French Cooking for Vocational Education Training) pada 13 Oktober di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bidang Bisnis dan Pariwisata.
Selama tiga minggu, Institut Escoffier akan melatih 40 pengajar Indonesia untuk memperkuat keterampilan dalam seni kuliner dan pastry. Program ini didanai bersama oleh Kedutaan Besar Prancis – IFI dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia.
Edisi ketiga Le Goût de France ini juga menandai kunjungan Chef Andrée Rosier, pemegang satu bintang Michelin dan wanita pertama yang memenangkan kompetisi bergengsi Meilleur Ouvrier de France (MOF) pada usia 28 tahun. Chef Andrée akan memandu demo kuliner dan berkolaborasi dengan chef lokal dalam gala dinner di Jakarta, Medan, dan Yogyakarta. (q cox, tama dini)