Peristiwa

Bakat Komik Surabaya Dipuji Komikus Prancis

125
×

Bakat Komik Surabaya Dipuji Komikus Prancis

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, (Suarapubliknews) ~ Seniman komik asal Prancis, Guillaume Long, berbagi pengalaman lebih dari dua dekade berkarya di dunia bande dessinée (komik Prancis) dalam sebuah workshop komik bertema kuliner di Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya. Kegiatan ini diikuti 72 siswa kelas 10 jurusan Animasi SMK Negeri 12 Surabaya serta anggota komunitas komik di kota ini.

Guillaume Long, yang memulai karier komik sejak 2003, menuturkan bahwa medium komik memberinya kebebasan untuk bercerita. “Kalau lewat sinema kita perlu produser dan tim besar. Dengan komik, saya hanya butuh kertas dan alat gambar untuk menyampaikan cerita,” ujarnya.

Komikus yang juga dikenal dengan karya bertema makanan ini menilai peralihan dari komik keseharian ke kuliner tidaklah jauh berbeda. “Makanan tetap bagian dari kehidupan sehari-hari yang dekat dengan saya. Saya ingin menceritakan kehidupan melalui makanan,” katanya.

Ia menegaskan tidak membatasi karyanya untuk kelompok usia tertentu. “Saya menulis cerita yang saya inginkan. Penulis atau editorlah yang menilai apakah itu untuk anak-anak atau dewasa. Yang penting ceritanya menarik bagi siapa pun,” tambahnya.

Dalam sesi lokakarya yang berlangsung interaktif, Guillaume Long mengaku terkesan dengan semangat dan kemampuan para peserta, khususnya siswa SMK Negeri 12 Surabaya. “Saya melihat mereka memiliki potensi yang luar biasa. Mereka cepat menangkap teknik yang saya jelaskan dan tidak takut mencoba. Ini modal yang sangat baik untuk berkembang di dunia komik maupun animasi,” terangnya.

Long menambahkan, bakat yang dimiliki para siswa akan lebih cepat berkembang jika mendapat dukungan dari sekolah dan lingkungan kreatif yang mendorong mereka untuk terus berlatih. “Bagi saya, yang terpenting adalah rasa ingin tahu dan kegigihan. Dan saya melihat itu ada di sini,” tutupnya.

Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri 12 Surabaya Bidang Hubungan Masyarakat dan Industri, Mardi, S.Pd., M.Ds., menyebutkan bahwa program ini menjadi langkah awal yang penting bagi siswa untuk mengasah kemampuan mereka. “Kegiatan ini bukan hanya paparan, tetapi juga praktik langsung. Anak-anak belajar dari seniman Prancis, bahkan bahasanya diterjemahkan oleh tim IFI,” ujarnya.

Mardi mengungkapkan, hasil karya komik para siswa yang dihasilkan dalam lokakarya tidak berhenti sebagai latihan semata. “Kalau hasil komik hari ini bisa dikembangkan menjadi cerita berseri, kami akan teruskan menjadi animasi. Kami sudah pernah mengadaptasi komik menjadi animasi 2D, dan kali ini pun akan diarahkan ke sana,” jelasnya.

Menurutnya, proses komik ini menjadi dasar yang penting bagi para siswa kelas 10 untuk memahami alur pembuatan karya visual hingga bisa diadaptasi menjadi animasi. “Proses komik itu panjang, mulai dari membuat cerita, karakter, hingga latar. Workshop ini memberi dasar yang tepat bagi siswa untuk memulai,” katanya.

Ia menambahkan, tema makanan yang diangkat Guillaume Long juga menjadi tantangan menarik bagi para siswa. “Walaupun yang ditampilkan gambar makanan ala Prancis, anak-anak bisa memadukannya dengan ciri khas lokal. Dengan teknik pewarnaan yang tepat, gambar mereka akan lebih hidup,” ujarnya.

Direktur IFI Surabaya, Vincent Padaré, yang turut mendampingi lokakarya tersebut, mengaku terkesan dengan semangat peserta. “Saya sangat terkejut dengan talenta dan fokus mereka. Di Prancis, mungkin setelah 30 menit sudah mulai kehilangan perhatian, tetapi di sini mereka bertahan sampai akhir,” ujarnya.

Vincent menilai pengalaman dari Guillaume Long menjadi modal penting untuk mendorong lahirnya komikus-komikus baru di Indonesia. “Kami hanya memberi resep dan metode. Selebihnya ada pada mereka untuk mengembangkan industri komik di Indonesia. Kita berbicara tentang ‘raksasa yang tidur’. Saya pikir raksasa itu sudah bangun,” katanya.

Workshop yang juga menjadi bagian dari rangkaian Pekan Gastronomi Prancis 2025 ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis para siswa, tetapi juga mendorong lahirnya karya-karya kolaboratif yang menggabungkan seni visual dan kuliner serta membuka peluang komik Indonesia untuk merambah pasar internasional. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *