SURABAYA (Suarapubliknews) – Keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah popok bayi dan pembalut sekali pakai berbuah manis. Inisiatif inovatif Kota Pahlawan ini berhasil menempatkan Surabaya sebagai satu-satunya kota dari Indonesia yang masuk dalam Top 50 Bloomberg Mayors Challenge 2025 yang digagas oleh Bloomberg Philanthropies.
Pencapaian ini dirayakan dalam acara Executive Stakeholders Gathering dalam Rangka Bloomberg Mayors Challenge 2025, sekaligus presentasi final proyek prototipe inovatif, yang digelar di Graha Sawunggaling, Senin (13/10/2025).
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa latar belakang utama inovasi ini adalah kondisi darurat pencemaran Sungai Brantas. Salah satu jenis sampah yang mendominasi adalah pembalut wanita dan popok bayi.
“Acara hari ini merupakan ajakan untuk mengurangi penggunaan bahan yang tidak dapat didaur ulang. Berdasarkan berbagai data, baik dari sumber lokal maupun lembaga internasional, Sungai Brantas di Surabaya menghadapi permasalahan serius. Salah satu jenis sampah yang mendominasi adalah pembalut wanita dan popok bayi,” jelas Wali Kota Eri.
Ia menambahkan bahwa sampah yang tidak dapat terurai dan cenderung dibuang ke sungai ini bukan hanya mengancam ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada kualitas air baku PDAM. Meskipun petugas kebersihan terus bekerja membersihkan sungai, masalah ini tidak akan pernah tuntas tanpa adanya perubahan mendasar pada perilaku masyarakat.
“Karena itu, saya berharap produsen produk-produk tersebut dapat menciptakan bahan yang sepenuhnya dapat didaur ulang. Kita harus mencegah pencemaran lingkungan Surabaya, karena pencemaran di Sungai Brantas akan berdampak langsung pada kualitas air PDAM,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, Pemkot Surabaya, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), berkolaborasi dengan Bumbi, sebuah gerakan sosial dan produsen popok bayi serta pembalut kain ramah lingkungan, meluncurkan program sosialisasi masif untuk mendorong penggunaan produk kain yang dapat dipakai berulang sebagai alternatif produk sekali pakai.
“Fokus utama kami adalah mengubah pola pikir atau mindset masyarakat, khususnya para ibu, agar beralih dari produk sekali pakai menjadi produk yang dapat didaur ulang,” ujar dia.
Inovasi ini diperkuat dengan skema pemberdayaan ekonomi. Pemkot Surabaya telah bekerja sama dengan Bumbi yang melibatkan partisipasi aktif kaum wanita dan penyandang disabilitas di Surabaya untuk memproduksi sendiri produk daur ulang tersebut.
“Produk ini diproduksi secara mandiri, diterima baik oleh rumah sakit, dan penyakit yang berkaitan dengan kebersihan juga berkurang. Ini adalah produk unggulan warga dan penyandang disabilitas Surabaya yang teruji,” terangnya.
Sementara itu, Founder and CEO Bumbi, Celia Siura, menyampaikan optimisme dan rasa bangga atas pengakuan global yang diraih.
“Surabaya dengan bangga terpilih sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang berhasil masuk dalam Top 50 Bloomberg Mayors Challenge. Kompetisi global ini diikuti oleh 630 kota dari seluruh dunia,” ujar Celia.
Ia menambahkan, Kota Surabaya sempat menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan terkait limbah popok di sungai. “Namun, dari tantangan besar inilah lahir inovasi kita yang kini diakui dunia. Pencapaian ini membuktikan bahwa inovasi yang kita ajukan, yaitu solusi nyata untuk mengatasi masalah limbah popok, mampu memberikan dampak positif dan signifikan secara global,” pungkasnya. (q cox)