Peristiwa

PCU-Silpakorn Pamerkan Masterplan Gubeng Masa Depan

79
×

PCU-Silpakorn Pamerkan Masterplan Gubeng Masa Depan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Seperti apa wajah kawasan Gubeng, Surabaya, 30 tahun mendatang? Jawabannya kini dapat disaksikan secara nyata melalui pameran “Projecting Cities: Surabaya and Bangkok”, hasil kolaborasi mahasiswa Architecture Petra Christian University (PCU) dan Silpakorn University, Thailand.

PIC acara sekaligus Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan PCU, Rully Damayanti, S.T., M.Art., Ph.D. mengatakan pameran yang berlangsung di Gallery Gedung J, Kampus PCU Surabaya ini menghadirkan pengalaman imersif menggunakan Augmented Reality (AR). Melalui teknologi ini, pengunjung cukup memindai QR code di smartphone untuk menjelajahi rancangan kota masa depan secara interaktif.

“Ini merupakan tahun keempat kami berkolaborasi dan berfokus pada konsep kota berkelanjutan. Tahun ini kami menggabungkan teknologi AR agar pengunjung bisa benar-benar ‘merasakan’ suasana kawasan yang dirancang,” ujarnya.

Sejak Juli 2025, sebanyak 71 mahasiswa PCU dan 40 mahasiswa Silpakorn University bekerja sama menciptakan maket kota berukuran 3 x 2 meter untuk kawasan Gubeng dan 1 x 2 meter untuk kawasan Bangkok (Wongwian Yai – Khlong Ton Sai). Total terdapat tujuh desain masterplan dengan 72 maket bangunan, menampilkan konsep walkable city, city that cares, dan 15-minute city.

Pameran ini juga menjadi ajang kompetisi internasional yang digelar secara hybrid, menghadirkan juri dari Chulalongkorn University (Thailand), Tunghai University (Taiwan), serta para profesional urban designer alumni PCU.

Rully menambahkan, kawasan Gubeng dipilih karena potensinya menjadi kawasan kesehatan dan komersial seiring rencana pembangunan LRT di sepanjang Kali Mas. “Ide desain ini bisa menjadi referensi nyata bagi pengembangan kota Surabaya di masa depan,” terangnya.

Meski proses kolaborasi sempat diwarnai tantangan seperti gempa di Bangkok dan demonstrasi di Surabaya, semangat mahasiswa kedua negara tidak surut. Justru pengalaman ini memperkuat komitmen mereka dalam membentuk arsitek muda yang berpikir global, kreatif, dan adaptif terhadap teknologi seperti AI dan AR.

“Kami tidak hanya mendidik, tetapi juga mempersiapkan profesi arsitek masa depan yang cakap lintas negara serta mahir memanfaatkan teknologi digital untuk membangun kota berkelanjutan,” tutupnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *