PemerintahanPeristiwa

Surabaya-Inggris Teken MoU, 10 Sekolah Jadi Motor Pengurangan Sampah Plastik Global

82
×

Surabaya-Inggris Teken MoU, 10 Sekolah Jadi Motor Pengurangan Sampah Plastik Global

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secara resmi memulai babak baru dalam upaya pengelolaan lingkungan di sektor pendidikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk Plastic Clever School Program. Acara penandatanganan dilakukan antara mitra pelaksana program dengan sejumlah sekolah di Surabaya, bertempat di Ruang Kartini, Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Kamis (13/11/2025).

Program ini merupakan inisiatif kolaborasi internasional antara mitra pelaksana dari Inggris, CommonSeas, dengan sekolah-sekolah menengah pertama (SMP) di Surabaya. Kolaborasi ini memiliki tujuan utama dan terfokus untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan sekolah secara berkelanjutan.

Sebanyak sepuluh SMP terpilih sebagai partisipan awal dalam program Plastic Clever School di Surabaya. Sekolah-sekolah tersebut mencakup SMP Negeri 1, SMP Negeri 19, SMP Negeri 26, SMP Negeri 30, SMP Negeri 36, SMP Al Amiin, MTsN 1, SMPK Santa Katarina, SMP Taruna Jaya 1, dan SMP Kristen Gloria 1 Surabaya.

Sebelum seremoni penandatanganan MoU, perwakilan dari CommonSeas telah melakukan kunjungan ke beberapa sekolah peserta, termasuk SMPN 19, SMPN 26, dan SMPN 30 Surabaya, sebagai bagian dari tahap pemetaan dan persiapan program.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan bahwa program ini merupakan hasil kolaborasi erat antara berbagai pihak, yaitu Pemkot Surabaya melalui Dispendik dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Bumbi, dan sekolah-sekolah.

“Alhamdulillah, program ini terwujud berkat kolaborasi erat, dan kami berharap manfaatnya dapat terus diimbaskan secara luas. Sebelum penandatanganan, perwakilan CommonSeas telah mengunjungi sekolah-sekolah untuk melakukan pemetaan, yang bertujuan mengidentifikasi dan menetapkan fokus arahan yang sesuai bagi siswa dalam penanganan dan pengolahan sampah plastik di lingkungan sekolah,” kata Yusuf.

Yusuf menekankan pentingnya menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini dan mengakui bahwa proses edukasi ini memerlukan waktu dan bersifat berkelanjutan.

“Kami berharap inisiatif ini tidak berhenti hanya di edukasi konvensional. Mengingat pembelajaran kini sudah mengenal digitalisasi, kami ingin melihat adanya kolaborasi digital antara siswa di Surabaya dengan rekan-rekan mereka di Inggris,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dispendik berharap pengetahuan yang diperoleh siswa dapat diterapkan di lingkungan rumah masing-masing dan diimbaskan ke sekolah-sekolah lain di wilayah Surabaya. Terpilihnya sekolah negeri, swasta, dan madrasah dalam program percontohan ini diharapkan dapat menjadi role model yang efektif.

MoU ini akan berlangsung hingga akhir tahun 2025. Terkait monitoring, Dispendik dan CommonSeas sepakat untuk memanfaatkan platform digital agar pengawasan dan pendampingan dapat dilakukan secara berkala, baik mingguan maupun bulanan, tanpa batasan geografis. Bumbi juga akan terlibat aktif mendampingi sekolah-sekolah selama proses ini.

“Surabaya adalah salah satu kota di Indonesia, selain Bandung, yang terpilih dalam program ini. Kami berkomitmen untuk menjadi yang terbaik, terutama dalam menyiapkan siswa, baik dari sisi komunikasi maupun kemampuan teknis,” tuturnya.

Sementara itu, Managing Director CommonSeas, Charlotte Davies, menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas sambutan luar biasa dari Surabaya. Ia memuji komitmen kuat kota ini terhadap keberlanjutan dan perubahan positif di sektor pendidikan.

“Merupakan sebuah pencapaian besar untuk merayakan sepuluh sekolah terpilih yang secara resmi bergabung dalam gerakan Plastic Clever School,” ujar Davies.

Ia mengungkapkan bahwa tim CommonSeas terpesona oleh aksi nyata dan inovasi yang telah dilakukan siswa, mulai dari kampanye, perubahan di sekolah, hingga pameran kreatif seperti peragaan busana dan pembuatan sofa dari bahan daur ulang.

Davies menambahkan bahwa program Plastic Clever Schools merupakan gerakan global yang mencakup lebih dari 2.000 sekolah di seluruh dunia. Keberhasilan di Surabaya ini, menurutnya, tidak luput dari kepemimpinan dan dukungan luar biasa dari Pemkot Surabaya melalui Dispendik Surabaya.

“Kami sangat optimistis bahwa model dan praktik terbaik yang telah ditetapkan oleh sepuluh sekolah perintis ini dapat direplikasi di lembaga-lembaga lain,” harapnya.

Davies menegaskan bahwa tujuan utama kolaborasi ini adalah mendorong perubahan yang melampaui perbaikan lingkungan fisik, tetapi juga memicu perubahan perilaku, sikap, dan moral yang berdampak jangka panjang bagi lautan.

“Penandatanganan MoU hari ini adalah pernyataan komitmen di mana tidak hanya ucapan yang dilakukan, tetapi juga aksi-aksi nyata dan terus berkelanjutan dilaksanakan untuk masa depan. Terima kasih atas kepercayaan terhadap kekuatan transformatif pendidikan dan peran penting generasi muda dalam memimpin perubahan ini,” tutup Davies. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *