Uncategorized

DWP Surabaya Launching Toko dan Tas Anti-Flexing, Bunda Rini Ingatkan Istri ASN Hidup Sederhana

102
×

DWP Surabaya Launching Toko dan Tas Anti-Flexing, Bunda Rini Ingatkan Istri ASN Hidup Sederhana

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Surabaya resmi meluncurkan Toko DWP dan tas anti-flexing sebagai bagian dari puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 DWP. Peluncuran tersebut digelar di Gedung Wanita Candra Kencana Jalan Kalibokor Selatan No 2 Surabaya, Selasa (16/12/2025).

Peluncuran Toko DWP ini menjadi terobosan baru dalam mendukung pemberdayaan anggota serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kota Surabaya. Toko ini diharapkan menjadi wadah promosi sekaligus pengembangan potensi produk unggulan yang dihasilkan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan UMKM.

Penasihat DWP Kota Surabaya, Rini Indriyani, menyampaikan kehadiran Toko Dharma Wanita membuka ruang bagi anggota untuk memasarkan berbagai produk kreatif. “Ada peresmian Toko Dharma Wanita. Di sana ada produk-produk UMKM dari kecamatan, ada yang dari pegawai,” ujar Bunda Rini dalam sambutannya.

Menurutnya, banyak ASN di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang memiliki potensi dan keterampilan, namun belum tergali secara optimal. Oleh karena itu, ia mendorong pengurus DWP untuk lebih aktif menggali potensi tersebut.

“Mungkin ke depannya, coba nanti digali lagi. Saya yakin ASN itu juga ada yang memiliki kelebihan-kelebihan. Mereka mungkin pintar bikin kue, pintar bikin masakan, sehingga mungkin mereka punya produk-produk yang nanti bisa dijual,” paparnya.

Bunda Rini menegaskan bahwa salah satu peran utama Ketua DWP adalah menghimpun potensi tersebut dan memfasilitasi pemasarannya melalui Toko Dharma Wanita.

“Nah, tugasnya dari Ibu Ketua Dharma Wanita mengumpulkan itu semua, dan memfasilitasi untuk bisa dijual di Toko Dharma Wanita,” kata Bunda Rini yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya.

Selain pengembangan produk, Bunda Rini juga mendorong agar promosi Toko Dharma Wanita dapat lebih ditingkatkan supaya menjangkau masyarakat luas, khususnya warga di sekitar lokasi. “Mungkin lebih digencarkan lagi promosinya, sehingga mungkin bisa dibeli oleh khalayak umum, mungkin warga sekitar,” imbuhnya.

Namun demikian, Bunda Rini menekankan daya saing harga menjadi faktor penting dalam keberhasilan Toko Dharma Wanita. Produk yang dijual dengan harga terjangkau diyakini mampu menarik minat pembeli. “Kalau harga bisa lebih bersaing dengan harga yang lebih murah, sehingga akan lebih menarik warga untuk bisa membeli. Ini suatu gebrakan yang luar biasa,” puji Bunda Rini.

Di sisi lain, Bunda Rini juga berharap seluruh kegiatan yang dijalankan DWP Surabaya ke depan dapat memberikan manfaat langsung bagi anggotanya. “Saya berharap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dharma Wanita seyogyanya itu adalah yang bisa bermanfaat untuk anggotanya,” katanya.

Selain peluncuran toko, DWP Surabaya juga memperkenalkan tas berlogo Dharma Wanita sebagai simbol komitmen untuk mencegah perilaku flexing atau pamer kemewahan di lingkungan istri ASN. “Tadi juga disampaikan ada launching tas baru, tas yang ada logo Dharma Wanitanya. Dimana tas logo itu bisa menghindari kita dari flexing,” ungkap Bunda Rini.

Ia kembali menegaskan komitmen tersebut yang telah disampaikannya sejak awal mendampingi Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. “Saat itu pertama yang saya sampaikan adalah bagaimana para ibu, para istri bisa menjaga marwah suaminya dengan tidak menggunakan barang-barang yang bermerek,” katanya.

Karena itu, Bunda Rini kembali mengingatkan larangan penggunaan barang bermerek tertentu berlaku mutlak dalam kegiatan resmi Pemkot Surabaya.

“Kalau acara di kantor, acara di pemerintahan kota, wajib hukumnya untuk tidak menggunakan barang-barang dengan branded tertentu. Kalau di luar kegiatan pemerintahan, monggo (silakan) itu hak njenengan (anda),” jelasnya.

Bunda Rini menilai, produk UMKM lokal memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk bermerek ternama, termasuk tas hasil karya pelaku usaha Surabaya. “Sebenarnya tas lokal kita juga bagus-bagus, tidak tidak kalah kerennya, tidak kalah bagusnya dengan tas-tas yang mungkin harganya cukup lumayan tinggi,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua DWP Kota Surabaya, Dameria Triana Ambuwaru Lilik Arijanto, mengungkapkan bahwa gagasan tas anti-flexing tersebut merupakan inisiatif dari Penasihat DWP, Rini Indriyani. “Sebenarnya ini ide dari Ibu Rini sebagai penasihat kami, dimana sebagai anggota Dharma Wanita Surabaya kami tidak diperbolehkan untuk flexing,” kata Dameria.

Dameria memastikan bahwa tas tersebut diproduksi oleh UMKM Kota Surabaya dengan kualitas bahan yang terjamin dan dipasarkan dengan harga terjangkau bagi anggota.

“Insyaallah mutu sudah terjamin, dengan model sederhana dan harganya cukup bersahabat. Jadi kalau Ibu mungkin beli di luar pasti lebih mahal. Tapi di (toko) kami, kami jual dengan harga bersahabat,” tutup Dameria. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *