PemerintahanPeristiwa

Fokus Infrastruktur 2025, Pemkot Surabaya Bangun Puluhan Kilometer Drainase dan Rumah Pompa Pemkot Surabaya Tancap Gas Benahi Infrastruktur, Puluhan Titik Banjir Hilang Sepanjang 2025 Ratusan Proyek Drainase Rampung 2025, Pemkot Surabaya Persempit Ruang Genangan

87
×

Fokus Infrastruktur 2025, Pemkot Surabaya Bangun Puluhan Kilometer Drainase dan Rumah Pompa Pemkot Surabaya Tancap Gas Benahi Infrastruktur, Puluhan Titik Banjir Hilang Sepanjang 2025 Ratusan Proyek Drainase Rampung 2025, Pemkot Surabaya Persempit Ruang Genangan

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Sepanjang tahun 2025, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak hanya memfokuskan program penanggulangan kemiskinan, pendidikan hingga peningkatan perekonomian masyarakat. Pembangunan infrastruktur dasar, seperti perbaikan jalan dan penanggulangan banjir yang memerlukan sinergi seluruh pemangku kepentingan, juga menjadi prioritas utama.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan pembangunan infrastruktur termasuk pengendalian banjir dan perbaikan jalan, masuk dalam daftar program prioritas Pemkot Surabaya pada 2025. Kebijakan tersebut selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Surabaya 2021-2026.

“Pemerintah kota punya semangat bersama dengan DPRD. Sehingga anggaran kita dari sekian titik, maka banjirnya berkurang menjadi berapa titik. Sehingga kami berharap, masyarakat semakin merasakan kehadiran pemerintah,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Rabu (31/12/2025).Selama 2025, Pemkot Surabaya telah menuntaskan berbagai program penanganan banjir dan perbaikan jalan melalui sejumlah langkah strategis. Di antaranya pembangunan lima rumah pompa, pembangunan saluran drainase di 233 titik, serta pengaspalan jalan di 24 lokasi dengan total panjang mencapai 10.285,83 meter.

Adapun lima rumah pompa yang dibangun masing-masing memiliki kapasitas 3,5 meter kubik per detik. Lokasinya tersebar di Jalan Dukuh Menanggal (Gayungan), Jalan Karah Agung (Jambangan), Jalan Ketintang Madya (Gayungan), Jalan Margorejo Indah (Wonocolo), dan Jalan Amir Mahmud (Gunung Anyar).

Wali Kota Eri menjelaskan pengendalian genangan di Surabaya tidak cukup hanya mengandalkan saluran air. Keberadaan rumah pompa dinilai krusial untuk mempercepat aliran air dari daratan menuju laut saat terjadi banjir atau genangan. “Maka dari itu salah satu caranya adalah dengan kita membangun rumah pompa. Kalau kita menggunakan gravitasi atau elevasi, itu menjadi lama (surut),” jelasnya.

Selain rumah pompa, Pemkot Surabaya juga membangun saluran drainase di 233 lokasi dengan total panjang mencapai 56.365 meter atau sekitar 56,36 kilometer. Sejumlah ruas yang telah dikerjakan antara lain Saluran Jalan Karah sisi barat sepanjang 1.096 meter, Jalan Raya Kedung sisi barat RW 3 sepanjang 883 meter, Jalan Raya Pagesangan sepanjang 630 meter, Outlet Raya Sambikerep sepanjang 850 meter, serta Siwalankerto Timur sisi timur sepanjang 900 meter.

Tidak hanya itu, pembangunan saluran juga telah diselesaikan di Diversi Taman Cahaya-Jalan Raya Pakal sepanjang 425 meter, Saluran Jalan Gayungsari Barat X sepanjang 1.102 meter, Lebak Permai III sepanjang 528 meter, Tambak Wedi Jaya III sepanjang 940 meter, serta Jalan Jemursari II sepanjang 570,90 meter. Berbagai upaya tersebut berkontribusi terhadap penurunan jumlah titik genangan hingga 38 lokasi.

Lebih dari itu, Pemkot Surabaya juga mempercepat penyelesaian proyek-proyek drainase di sejumlah kawasan yang selama ini menjadi langganan banjir. Wali Kota Eri menyampaikan percepatan tersebut dilakukan agar seluruh pekerjaan rampung sebelum puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2026. Sebagai contoh, kawasan Pakal yang puluhan tahun kerap terendam banjir kini dinilai lebih aman setelah sistem drainase dibenahi. Untuk tahun mendatang, Pemkot Surabaya akan memprioritaskan pembangunan drainase di wilayah Sukomanunggal.

Wali Kota Eri berharap dukungan dan kerja sama warga dalam pelaksanaan pembangunan saluran air baru. “Saya mohon doa dan kerjasamanya warga Surabaya. Nanti di tahun depan (pembangunan saluran) kita lakukan lagi untuk per-kawasan,” jelasnya.

Selain itu, ia juga meminta peran aktif camat dan lurah untuk mengedukasi masyarakat agar menyesuaikan bangunan sesuai batas tanah yang sah. Sebab, dari hasil inspeksi lapangan masih ditemukan saluran air yang tertutup bangunan rumah warga. “Makanya saya minta tolong Pak Camat dan LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan), warganya diingatkan, rumahnya harus mundur sesuai dengan surat tanahnya,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Syamsul Hariadi menyampaikan sepanjang 2025 terdapat ratusan proyek saluran air yang dikerjakan di berbagai wilayah. “Kalau hujan turun, saluran-saluran ini harus berfungsi,” ujar Syamsul.

Ia menjelaskan, sebagian besar proyek tersebut berupa pembangunan saluran baru maupun pelebaran saluran lama. Dengan peningkatan kapasitas dan konektivitas ke rumah pompa, genangan air diharapkan dapat ditekan selama musim hujan. “Dulu masih pakai batu kali, sekarang kami ganti dengan box culvert berukuran lebih besar agar kapasitas tampung air meningkat,” katanya.

Syamsul juga menggarisbawahi persoalan sampah yang kerap menyumbat aliran air sebagai tantangan utama penanganan genangan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemkot Surabaya menyiagakan Satuan Tugas (Satgas) serta petugas rumah pompa selama 24 jam. “Petugas penyarang sampah bertugas menyisir saluran air saat tidak hujan. Namun, ketika hujan turun, mereka langsung fokus bekerja di screen (saringan) rumah pompa untuk membersihkan sampah,” terangnya.

Saat ini, Syamsul menyebut, Kota Surabaya memiliki total 81 rumah pompa, dengan lima unit di antaranya dibangun pada 2025. “Jumlah petugas di setiap rumah pompa bervariasi antara 4 hingga 8 orang, tergantung pada karakteristik dan ukuran pompa,” imbuhnya.

Syamsul mencontohkan rumah pompa besar seperti di Greges dan Kalisari yang masing-masing dilengkapi hingga tujuh unit pompa berkapasitas besar. Jika satu pompa mampu menyedot tiga meter kubik air per detik, maka tujuh pompa dapat mengalirkan hingga 21 meter kubik per detik. “Dengan penanganan yang maksimal ini, kami juga meminta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air,” tuturnya.

Di kesempatan terpisah, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Fathoni menegaskan pengendalian banjir masih menjadi pekerjaan rumah besar yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat, meskipun sejumlah titik genangan kini telah berkurang. “Kota Surabaya ini memang belum selesai di tahun 2025 dan itu masih akan direncanakan hingga tahun 2026. Baik pengendalian banjir di kawasan permukiman melalui u-ditch yang akan dibangun tahun depan maupun saluran-saluran besar termasuk rumah-rumah pompa,” jelas Fathoni.

Ia menilai kondisi geografis Surabaya yang berada di wilayah cekungan menjadi tantangan tersendiri. Aliran air dari daerah dataran tinggi seperti Malang dan Sungai Brantas bermuara ke Surabaya, ditambah potensi pasang air laut yang kerap diperingatkan BMKG.

Meski demikian, Fathoni mengapresiasi perbaikan kondisi di sejumlah kawasan yang sebelumnya rutin terdampak banjir. Menurutnya, program pengendalian banjir yang dijalankan Pemkot Surabaya menunjukkan hasil positif. “Alhamdulillah di beberapa tempat yang dulu langganan banjir itu kemarin sudah tidak ada. Artinya, program pengendalian banjir yang dikebut selama ini sudah terbukti efektivitasnya meskipun belum 100%,” ujarnya

DPRD bersama Pemkot Surabaya juga telah menyusun skema pembiayaan alternatif agar pembangunan infrastruktur tidak terhenti akibat keterbatasan anggaran. “Kami bangun di awal tahun ini hingga 2027 sehingga mudah-mudahan di 2028 ketika seluruh proyek infrastruktur baik jalan maupun penanganan banjir sudah selesai, masyarakat akan merasakan manfaatnya,” pungkasnya. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *