SURABAYA (Suarapubliknews.net) – Hari ini, Kamis (6/8/2017), Joko Widodo dan Prabowo Subianto dikabarkan tengah berada di wilayah Jawa Timur. Kedatangan kedua Capres ke Jatim ini tentu memiliki urgensi kuat yang berkaitan dengan upaya pemenangan Pilpres 2019.
Hal ini dikatakan pakar komunikasi publik universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo, bahwa Jawa Timur menjadi penentu dari aspek jumlah pemilih dan aspek persebaran peta kekuatan politik di Jawa.
Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) ini menjelaskan, jika dikaitkan dengan peta jumlah pemilih, maka Pulau Jawa dan Madura terdapat sekitar kurang lebih 53-56% pemilih dari seluruh Indonesia.
Sementara persebaran kekuatan selama ini, lanjut Suko, Jabar, Banten dan DKI, peta pilgub dimenangkan kekuatan yang lebih dekat berafiliasi pada koalisi kekuatan pak Prabowo.
“Sementara untuk wilayah Jateng dan DIY, cenderung afiliasi ke kekuatan Pak Jokowi. Maka Jawa Timur akan menjadi area yang kompetitif sekali,” jelasnya.
Menurut Suko, jika merujuk pileg 2014 dan pilgub 2018, persebaran kekuatan politik di Jatim cukup unik. Karena kekuatan koalisi di Pusat tidak segaris waktu pilgub Jatim. Disini lah kerumitan akan dihadapi timses kedua pihak.
“Dari awalnya “kawan” kini jadi lawan. Dan sebaliknya, jika waktu pilgub ada parpol berlawanan, kini menjadi berkoalisi. Ini perkara yang tidak gampang dan apalagi Pilpres berbarengan dengan pileg. Maka peta kekuatan agak rumit untuk dibaca,” tuturnya.
Dia mengatakan jika Pondok pesantren masih akan menjadi area yang dianggap punya daya kekuatan politik. Minimal akan dijadikan klaim kekuatan.
“Potensi perang informasi sangat tinggi. Maka kemungkinan akan berseliweran informasi yang tingkat faktualnya tidak akurat. Warga hendaknya jeli dan selektif,” pungkasnya. (q cox)