Nasional

MGtC 3 Museum Sebagai Sarana Edukasi Harus Menyesuaikan Jaman

84
×

MGtC 3 Museum Sebagai Sarana Edukasi Harus Menyesuaikan Jaman

Sebarkan artikel ini

SOLO (Suarapubliknews.net) – Pelajaran Sejarah seringkali menjadi pelajaran membosankan bagi siswa siswi di sekolahan, bukan karena membahas masa lalu yang sudah terjadi, melainkan lebih kepada kurangnya inovasi penyampaian bahan ajar bagi para siswa siswi tersebut.

Penyelengaraan Museum Goes to Campus (MGtC) ke-3 yang digelar di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta diharapkan dapat melihat sisi lain museum sebagai wahana edukasi harus menyesuaikan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi informasi.

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi mengatakan pihaknya sangat menaruh perhatian yang tinggi tentang permuseuman. Ini dibuktikan dengan didirikannya Museum UNS pada tahun lalu di dalam gedung Perpustakaan UNS lantai tujuh.

“Meskipun sifatnya masih rintisan. Namun Museum UNS ini menjadi komitmen kami bahwa museum menjadi sesuatu yang penting bagi pembelajaran mahasiswa dan civitas akademika lainnya,” katanya.

Ravik berharap kegiatan MGtC tak hanya menjadi agenda rutin kampus, namun juga menjadi branding UNS khususnya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) sebagai penyelenggara. Targetnya, MGtC di tahun depan bisa mengundang museum pendidikan tinggi di seluruh Indonesia.

CEO Marketing Komunikasi Group, Ibu Elly T. Helsamer mengatakan museum sebagai media sumber informasi kebudayaan dan Sejarah melalui koleksi benda maupun non bendawinya, seharusnya bisa menjadi wahana bagi para pengajar untuk bisa lebih menyampaikan informasi informasi bahan ajar kepada para murid.

“Namun sayangnya seringkali justru museum sendiri tidak bisa menampilkan koleksi maupun informasinya secara menarik, sehingga tetap saja, pemberian informasi Sejarah budaya ini mandeg pada masyarakat tertentu yang memang memiliki minat khusus pada bidang budaya dan kesejarahan,” katanya.

D’topeng Kingdom Foundation sebagai penyelenggara dari beberapa museum di Indonesia, berupaya menepis kelemahan yang dimiliki oleh museum di Indonesia ini, dan ternyata berhasil.

“Pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh D’topeng Kingdom Foundation dalam penyampaian koleksi yang dimilikinya ternyata bisa menjadi daya pikat sehingga pengunjung tak lagi enggan melakukan kunjungan ke museum yang kami kelola,” tandas Elly. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *