SURABAYA (Suarapubliknews.net) –Penyebaran narkoba di negeri ini memang cukup memprihatinkan, karena yang disasar tidak hanya kaum sosialita atau mereka yang suka dengan kehidupan malam. Tetapi juga merambah ke komunitas olahragawan.
Betapa tidak, putra kedua dari pasangan Djarot Indra Edhi (49) dan Rachma Rondang Aristian (49) warga Jl Plampitan Gg 8 no 34-36 Surabaya bernama Rehan Wahyu Haryo Puja Prawira, pernah menjadi salah satu korbannya.
Informasi ini disampaikan oleh Djarot Indra Edhi, dengan harapan bisa berbagi pengalaman kepada para orang tua yang saat ini memiliki putra usia remaja, agar tetap bisa menjaganya dari kejahatan penyebaran narkoba.
“Saat itu saya melihat anak saya pulang tapi jalannya sempoyongan, saya memang shock bahkan emosi, karena pamitnya main futsal, sebagai orang tua, saya merasa malu karena saat itu kondisi warung kami sedang ramai-ramainya,” ucap pemilik Woss (Warung Oemah Sejarah Soerobojo) ini kepada Suarapubliknews.net, Selasa (25/4/2017)
Saking emosinya, kata Djarot, sampai saya tidak bisa menahan diri, karena spontan saya hantam pakek tangan kosong hingga jatuh menimpa beberapa sepeda motor pengunjung yang terpakir, tapi anehnya, saat pagi hari dia tidak merasakan apa-apa dengan tindakan kasar saya itu.
Lanjut Djarot, saat anak saya sadar, dia berusaha bercerita yang diingatnya, saat dia selesai main futsal dan merasa haus, tanpa pikir panjang langsung menenggak air mineral yang berada di sekitar kawan-kawannya, hanya itu, dan kemudian dia merasa tidak sadar, karena saat pulang juga diantar oleh beberapa temannya.
“Setelah saya selidiki, ternyata salah satu teman dekat anak saya bercerita jika saat itu ada seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba berbaur dengan kelompoknya dengan membawa 3 botol minuman air mineral, namun tiba-tiba juga pergi dengan alasan pamit sebentar,” tandasnya.
Hal yang paling menyedihkan bagi Djarot, sejak kejadian itu, ternyata putra keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya di SMKN 7 Jl Pawiatan Surabaya, dengan alasan malu.
“Maka saat itu juga saya berusaha untuk tetap bersabar dan bertanya kepada anak saya, sekarang maunya apa, yang penting tetap harus belajar, apapun dan dimanapun,” keluhnya.
Setelah mendapatkan masukan dari beberapa teman, akhirnya Djarot memutuskan untuk memasukkan anak keduanya ke Ponpes Tebu Ireng di Pare Kediri.
“Saat itu saya berfikir, agar sekaligus bisa menimba ilmu bahasa di kampung inggris. Dan alhamdulillah ternyata harapan saya ini jadi kenyataan, karena hasilnya cukup membanggakan, beberapa bulan berada disana, sekarang sudah bisa menguasai bahasa inggris secara aktif,” ujarnya dengan bangga.
Pengalaman keluarga Djarot ini tentu bisa dijadikan referensi bagi semua pihak untuk tetap mengantisipasi penyebaran narkoba yang sudah masuk ke semua lini. (q cox)