Pemerintahan

Toko Kelontong Surabaya Harus Survive di Era Global, Begini Arahan Wali Kota Risma

93
×

Toko Kelontong Surabaya Harus Survive di Era Global, Begini Arahan Wali Kota Risma

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan pengarahan kepada para pelaku usaha toko kelontong Surabaya di Graha Sawunggaling, komplek Pemerintah Kota Surabaya, Rabu (6/2/2019).

Pada kesempatan itu, sebanyak 530 pelaku usaha toko kelontong hadir mengikuti acara tersebut. Usai pengarahan dari Wali Kota Risma, mereka juga mendapatkan training atau pelatihan dari narasumber yang sudah disiapkan oleh Dinas Perdagangan Kota Surabaya.

Wali Kota Risma mengaku sengaja mengumpulkan para pelaku usaha toko kelontongan karena banyak di beberapa daerah perkotaan, toko kelontongan ini semakin lama semakin punah.

Namun di Surabaya, Wali Kota Risma tidak mau hal itu terjadi. Malah sebaliknya, ia menginginkan toko kelontongan itu bisa terus hidup dan semakin survive.

“Saya ingin menghidupkan toko kelontongan ini, saya ingin mereka makin survive di tengah perkembangan zaman,” kata Wali Kota Risma seusai memberikan pengarahan.

Menurut Wali Kota Risma, memang tidak mudah untuk menghidupkan dan membuat mereka terus survive. Namun, semua itu bukan tidak mungkin untuk dilakukan bersama-sama. Makanya, Pemkot Surabaya membentuk mereka perkelompok di setiap kecamatan.

“Kita buat koperasi per kecamatan. Progresnya pun sangat bagus, terbukti di Kecamatan Sawahan dan Rungkut. Pasti ada yang jalan dan ada pula yang tidak. Nah, nanti yang tidak jalan ini akan kita evaluasi,” tegasnya.

Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu juga menjelaskan bahwa dengan dibentuk koperasi, maka mereka akan bisa membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk tokonya secara bersama-sama.

Apabila membeli bersama-sama dengan jumlah yang banyak, maka dipastikan harganya akan lebih murah, sehingga sangat cocok untuk dijual kembali dan keuntungannya bisa lebih besar.

“Jadi, mereka nanti bisa mendapatkan barang yang lebih murah melalui kelompok ini. Kami juga ajari dan training mereka pengelolaan toko dan keungannya,” imbuhnya.

Melalui cara itu, ia berharap para pelaku usaha toko kelontongan ini akan survive. Jika sudah survive, maka bisa dipastikan mereka akan bisa bersaing meskipun banyak toko modern. Apalagi, jumlah penduduk Kota Surabaya terus bertambah.

“Artinya, kebutuhan sehari-hari warga akan semakin bertambah. Mereka ini akan menjadi solusi solutif karena mereka sendiri yang menjadi juragan dan pelayan bagi tokonya masing-masing. Bahkan, nanti mereka bisa membuka lowongan kerja baru, minimal anak cucunya yang akan melanjutkan usahanya itu,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma juga mengajak para pelaku usaha toko kelontongan itu untuk tidak mudah menyerah. Sebab, warga Kota Surabaya adalah anak cucu para pahlawan yang tidak mengenal kata menyerah, selalu bekerja keras dan berani melawan apapun.

“Oleh karena itu, ayo kita lawan hambatan-hambatan yang membuat kita malas. Ayo kita buktikan bahwa kita ini penguasa di kota tercinta ini,” kata dia.

Ia juga tidak ingin Kota Surabaya yang sudah dibangun berdarah-darah ini, bisa dinikmati oleh warga Kota Surabaya. Makanya, ia meminta mereka untuk menjadi penguasa dan tuan serta nyonya di Kota Surabaya.

“Saya ingin mengajari panjenengan semuanya untuk siap menghadapi perubahan. Saya ingin panjenengan semuanya jadi penguasa dan tuan serta nyonya di Surabaya,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati memastikan bahwa pendampingan kepada para pelaku usaha toko kelontongan ini merupakan program Wali Kota Risma yang sudah lama berjalan.

Selama ini, mereka sudah didampingi dan diberikan pengarahan oleh Wali Kota Risma supaya terus berkembang dan semangat dalam mengelola tokonya.

“Hari ini yang hadir mengikuti pengarahan Bu Wali sebanyak 530 pelaku usaha toko kelontongan. Kalau total secara keseluruhan di Surabaya ada sebanyak 1.200 lebih toko kelontongan,” kata Wiwiek.
Nantinya, mereka akan mendapatkan beberapa pelatihan, seperti pelatihan penataan toko, pengelolaan administrasi stok barang dan keluar, pengelolaan keuangan masuk dan keluar serta pemasaran dan penjualannya.

“Mereka juga sudah dibentuk beberapa koperasi per kecamatan. Hingga saat ini sudah ada 7 koperasi di 7 kecamatan. Anggotanya pun beragam, ada yang 60 dan ada pula yang 54 anggota. Semuanya berasal dari kecamatan tersebut,” ujarnya.

Adapun tujuh kecamatan yang sudah ada koperasinya itu adalah di Sambi Kerep, Krembangan, Sawahan, Tambaksari, Gubeng, Tenggilis dan Rungkut. Koperasi ini akan terus dibentuk di setiap kecamatan di Surabaya.

“Tentunya, nanti di 31 kecamatan Surabaya, diharapkan ada semua koperasinya,” pungkasnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *