SURABAYA (Suarapubliknews) – Bank Indonesia terus berkomitmen meningkatkan literasi dan edukasi uang Rupiah serta sekaligus mengangkat kembali seni budaya local. kali ini melalui pagelaran Ludruk dengan lakon “Semanggi Suroboyo” episode Deloken Disek.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Difi A. Johansyah mengatakan pihaknya bekerjasama dengan komunitas Ludruk Irama Sinar Budaya Nusantara selain ingin ikut melestarikan kebudayaan local juga ingin menjadinya sarana komunikasi kreatif.
“Pagelaran ini selain menjadi sarana komunikasi kreatif untuk mengkomunikasikan kebijakan Bank Indonesia kepada masyarakat, juga merupakan wujud komitmen BI untuk mengangkat kembali seni budaya lokal. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang mencintai dan mendukung ludruk sehingga mampu mendorong perekonomian Jawa Timur melalui sektor pariwisata,” katanya.
Pertunjukan ludruk berdurasi 1,5 jam yang menampilkan legenda ludruk Jawa Timur Cak Kartolo ini mengangkat cerita tentang sebuah keluarga dengan sang bapak yang masih menyimpan uang dengan metode zaman dulu, yaitu disimpan di bantal dan bukan di bank.
Saat sang bapak membutuhkan uang tersebut untuk biaya pernikahan anaknya, baru diketahui bahwa uang yang telah lama disimpan di bantal tersebut, sebagian telah habis masa edarnya, beberapa di antaranya rusak dan bahkan juga terdapat uang palsu.
Melalui pagelaran ini, Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk menerapkan prinsip 5 Jangan dalam menggunakan uang Rupiah, antara lain Jangan Dilipat, Jangan Dicoret, Jangan Distapler, Jangan Diremas, dan Jangan Dibasahi. Selain itu, untuk mengecek keaslian uang Rupiah, masyarakat juga dapat menggunakan metode 3D (Dilihat-Diraba-Diterawang).
“Uang Rupiah merupakan wujud kedaulatan Bangsa Indonesia. Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk menjaga kedaulatan Indonesia dengan mencintai dan menjaga Rupiah kita,” tandas Difi. (q cox, Tama Dinie)