Pemerintahan

Kesehatan Risma Kian Membaik, Empati dan Doa Masyarakat Terus Mengalir

100
×

Kesehatan Risma Kian Membaik, Empati dan Doa Masyarakat Terus Mengalir

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Kabar tentang sakitnya orang nomer satu di Surabaya, Tri Rismaharini, terus menjadi trending topic masyarakat di banyak daerah, apalagi netizen di berbagai medsos seperti Facebook, Twitter, Instagram, dll.

Ungkapan empati dan doa tidak hanya datang dari masyarakat Kota Surabaya, namun juga dari warga daerah lain, karena sosok Wali Kota Surabaya yang bertabur penghargaan nasional dan internasional ini telah dikenal sebagai salahsatu tokoh bangsa.

Kesehatan Risma Kian Membaik

Tim dokter menyatakan kondisi kesehatan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang saat ini menjalani perawatan intensif karena penyakit mag dan asma di ICU Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr. Soetomo, Kota Surabaya, Jatim, cukup stabil. Kamis (27/06/2019)

“Semua kondisi stabil. Kita mempertahankan kondisi stabil ini,” kata Kepala Rawat Intensif dan Reanimasi ICU Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr. Soetomo, Dr. Hardiono, dr., Sp.An. KIC. KAKV saat menggelar jumpa pers di rumah sakit setempat.

Menurut dia, kondisi stabil tersebut bisa dilihat trennya membaik atau dapat dilihat dari pernafasan. Ibaratnya, lanjut dia, waktu awal pasien diberikan oksigen 100 persen, namun sekarang diberikan 60 persen.

“Kondisi lebih baik. Beliau (Risma) sudah mulai kontak,” ujarnya.

Ia menjelaskan selama dirawat di ICU, Wali Kota Risma diberikan alat bantu pernafasan. Hanya saja, lanjut dia, dipasangnya alat-alat pernafasan tersebut membuat pasien tidak nyaman.

“Untuk membuat kenyamanan itu memang beliau kita tenangkan. Tapi hari ini sudah kontak dengan Bapak Djoko (Suami Risma, Djoko Saptoadji). Semua fungsi organnya baik, jantungnya bagus, fungsi ginjalnya bagus dan fungsi saluran pencernannnya bagus,” katanya.

Secara umum, kata dia, semua pasien yang dirawat di ICU baik di RSUD dr.Soetomo atau maupun rumah sakit lainnya, dalam kondisi yang diperlukan suport fungsi organ.

“Tadi sudah disampaikan, namanya pasien di ICU memang kita berusaha mempertahankan stabil, tapi kita tidak bisa mendeteksi kalau terjadi suatu perubahan. Tapi di ICU dipantau 24 jam terus menerus. Memang standarnya di ICU, satu perawat menangani satu pasien. Setiap perubahan apapun itu segera terdeteksi,” ujarnya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *