Politik

Namanya Masuk Bursa Pilwali Surabaya 2020, Wabup Kartika: Jangan ‘Nggege Mongso’

68
×

Namanya Masuk Bursa Pilwali Surabaya 2020, Wabup Kartika: Jangan ‘Nggege Mongso’

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Kartika Hidayati Wakil Bupati Lamongan, tidak ingin berkomentar terkait namanya yang disebut-sebut masuk dalam bursa Pilwali Surabaya tahun 2020.

Namun, Kartika mengaku jika dirinya adalah bagian dari rakyat Indonesia yang selalu siap jika dibutuhkan untuk kepentingan bangsa dan negara. Kapanpun dan untuk wilayah manapun.

“Saya tidak bisa berkomentar banyak, saya ini warga Indonesia. Jadi dimanapun kalau diperintahkan oleh rakyat Indonesia harus siap,” kata Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati kepada media ini saat berada di Surabaya. Kamis (14/10/2019).

Menurut dia, jika ada pendapat dari pakar politik atau akademisi yang menyebut bahwa dirinya cukup layak maju di Pilkada Surabaya 2020, maka hal itu perlu dilihat juga keinginan dari masyarakat Surabaya di bawah.

“Tentu kita lihat di bawah, apa benar seperti itu. Apakah sama dengan keinginan masyarakat bawah?. Tapi pada prinsip, dimana pun dipangil, saya selalu siap. Kita ini harus selalu untuk negeri ini, bangsa ini, dimanapun rakyat berada,” katanya.

Saat ditanya jika nantinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menghendaki dirinya maju di Pilkada Surabaya 2020, Kartika yang mempunyai kedekatan langsung dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini mengatakan bahwa dirinya selaku kader partai siap menjalan perintah partai.

“Saya anggota partai ya ngikut saja diperintah partai. Tapi tentu yang sejalan dengan keinginan semua pihak terutama keinginan rakyat yang kita pimpin. Seorang pemimpin harus ada bersama rakyat. Jadi kalau rakyat tidak menginginkan ya tidak boleh ada pemimpin yang dipaksakan di dalam komunitas rakyat yang dipimpin,” katanya.

Begitu juga saat ditanya apakah perlu melakukan jajak pendapat untuk mengetahui keinginan masyarakat bawah? Ketua Pengurus Cabang (PC) Muslimat NU Lamongan ini mengatakan tidak ingin mengambil keputusan terlalu dini.

“Kita tidak ingin ‘nggege mongso’ (terburu nafsu atau menginginkan sesuatu yang belum waktunya). Bener tidaknya yang disampaikan pengamat, akademisi, politisi menurut kaca mata mereka, apa itu sama dengan keinginan ‘grass root’ (akar rumput). Karena yang kita pimpin ini tidak hanya satu klaster atau dua klaster, tapi semua klaster terutama lini massa bawah,” katanya. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *