Bisnis

Semangat Perjuangan dalam Karya ‘Jangan Bung’

87
×

Semangat Perjuangan dalam Karya ‘Jangan Bung’

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Dua puluh seniman dari berbagai kota di Indonesiayang terispirasi akan perjuangan dalam melawan penjajah menggelar pameran bertajuk “Jangan Bung” di Galeri Paviliun House of Sampoerna.

Manager House of Sampoerna, Rani Anggraini mengatakan pameran ini dapat menyebarkan semangat pada generasi muda untuk menemukan jati diri, mengembangkan potensi yang dimiliki, serta menunjukkan eksistensi dengan berprestasi.

“Semoga pameran ini juga menjadi media bagi para seniman sebagai inspirator untuk mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga timbul komunikasi yang konstruktif dan berguna bagi kedua belah pihak.” Katanya.

Gelaran pameran bertajuk “Jangan Bung” ini berangkat dari keragaman latar belakang para seniman yang berasal dari berbagai macam daerah. Keragaman ini dianalogikan oleh 20 seniman muda layaknya “Jangan” atau sayur dalam Bahasa Jawa dengan aneka macam bahan bercampur dan menciptakan citarasa yang nikmat.

Sementara “Bung” atau rebung (bambu muda) menggambarkan tombak bambu yang dulunya digunakan sebagai senjata bagi rakyat Indonesia untuk berjuang melawan penjajah. Semangat perjuangan inilah yang menjadi motivasi para seniman untuk terus mempertahankan eksistensi diri dalam dunia seni rupa.

Visualisasi ciri khas para seniman tersaji apik dalam karya 2 dan 3 dimensi dan sebagian besar menceritakan pengalaman pribadi perupa. Seperti karya Acin Heri menyampaikan pesan moral terinspirasi dari penyakit yang diderita ibunda tercinta dalam kreasi berjudul “Harapan, Doa dan Cita-Cita”.

Ada pula Rafika Anggraeni dengan karya bertajuk “Runtuh lalu putih” berupa coretan bolpoint pada kertas menggambarkan evolusi karakter manusia dalam menghadapi masalah-masalah yang datang dalam hidup.

Lain halnya dengan Galang Mado yang menciptakan “Perempuan”, karya ini terisnpirasi dari figur perempuan sebagai dermaga dimana kehidupan berangkat, dikemas secara apik dan penuh warna dalam perpaduan akrilik diatas kertas.

Salah satu peserta, Apri Susanto mengatakan manusia diciptakan berbeda-beda begitu pula alam dan seisinya, masing-masing mempunyai peranannya sendiri- sendiri, sesuai dengan porsinya.

“Terkadang sebagai manusia kita lalai bahwa dari perbedaanlah tercipta keindahan dan keseutuhan yang hakiki. Kebhinekaan dalam kebersamaan adalah kekuatan utama untuk mengalahkan penindasan,” tandasnya. (q cox, Tama Dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *