MOJOKERTO (Suarapubliknews) – Walikota Mojokerto Ika Puspitasari tidak menemukan adanya traumatis korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum guru inisial (T).
Hal itu diungkapkan Ning Ita, sapaan akrab Walikota usai menyambangi rumah korban di wilayah Kecamatan Prajurit Kulon, Jumat (6/9/2019) siang.
Menurutnya, butuh pembuktian terkait dugaan yang saat ini sudah mencuat di berbagai media sosial. Pihaknya pun menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Polresta Mojokerto.
“Sebagai orang tua, memang harus memahami bagaimana psikologi anak-anak. Yang namanya anak-anak kan moody ya. moodnya mudah sekali untuk berubah. Dan kita jangan buru-buru untuk menjustifikasi,” ujar Walikota Mojokerto.
Saat berada di rumah korban, Ning Ita juga tidak menemukan sisi traumatis. Korban NN (4) nampak biasa saja, dan riant gembira saat diajak bernyanyi bersama oleh Walikota. Bahkan saat walikota perempuan pertama di Mojokerto itu mengajak jalan-jalan ke toko mainan, korban juga cukup antusias.
“Artinya sekilas, saya sebagai seorang ibu bisa melihat, di situ tidak ada trauma pada anak tersebut. Terbukti dengan saya yang orang baru pertama kali dilihatnya, dia nyaman-nyaman saja, dan baik-baik saja,” ungkapnya.
Namun keterangan yang disampaikan Walikota Mojokerto, berbanding terbalik dengan pengakuan orang tua korban. Ayah korban R (48) justru menilai kondisi anaknya jauh dari stabil usai peristiwa tersebut. NN tampak murung dan temperamen begitu ada orang yang menyebut sekolahan, tempat dirinya belajar.
“Anaknya sudah tidak mau sekolah situ karena takut, itu yang pertama. Kedua, dia itu suka marah, karena trauma itu,” ujarnya.
Bahkan rencananya, R akan memindahkan sekolah korban untuk menghilangkan traumatis yang sampai saat ini masih dirasakan. Sebab, dirinya takut jika memaksa terus bertahan di sekolahnya sekarang ini, justru merusak psikologi buah hatinya. (q cox, Wid)