SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki banyak program yang bertujuan untuk mendampingi dan menjaga anak-anak. Bahkan, berbagai fasilitas juga terus disediakan agar anak-anak mendapat kegiatan positif, baik di dalam maupun di luar sekolah.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, bahwa pendidikan tidak hanya akan fokus pada area sekolah, tetapi yang paling penting bagaimana menyediakan lingkungan yang sehat dan memungkinkan bagi siswa.
“Tujuannya agar mereka bisa terus belajar di luar sekolah dan menjadikan mereka pembelajar seumur hidup,” kata Wali Kota Risma.
Bahkan, untuk mendukung langkah tersebut, Wali Kota Risma membangun berbagai fasilitas yang mewadahi agar anak-anak mendapat kegiatan positif di luar sekolah. Seperti, Rumah Bahasa, Rumah Matematika, Broadband Learning Center (BLC), serta ruang kerja bersama Koridor yang tidak hanya digunakan untuk startup, tetapi juga bagi siswa untuk akses materi pembelajaran online secara gratis.
“Sementara di ruang publik, lebih dari 1.900 tempat wi-fi gratis tersedia untuk menyediakan akses internet yang sehat untuk semua orang,” katanya.
Menurutnya, pendidikan yang baik harus didukung dengan kondisi kesehatan yang baik pula. Karena itu, pihaknya mendirikan pos-pos kesehatan di tingkat lingkungan, untuk balita maupun remaja. Bahkan, Pemkot Surabaya juga memiliki program Pendidikan Kampung atau lingkungan.
“Dalam program ini, semua lingkungan di kota harus menunjukkan dukungan kepada anak-anak usia sekolah untuk belajar dan membantu mengurangi potensi kenakalan remaja,” terangnya.
Salah satu ruang kegiatan positif yang ada di sekolah adalah Konselor Sebaya. Tahun 2019, merupakan penyelenggaraan ketujuh program Konselor Sebaya yang digelar Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya. Konselor Sebaya ini digelar mulai 15 – 18 Oktober 2019, dengan melibatkan 2.715 pelajar SMP/MTs baik negeri dan swasta se-Kota Surabaya.
Pelaksanaannya, disebar ke lima titik. Untuk wilayah Surabaya pusat bertempat di SMPN 3 Surabaya, wilayah Utara di SMPN 5 Surabaya, wilayah Selatan di SMPN 13 Surabaya, wilayah Barat di SMPN 26 Surabaya, dan wilayah Timur di Kantor Dispendik Surabaya.
Kepala Dispendik Kota Surabaya Ikhsan mengatakan, dalam beberapa tahun ini pihaknya mempunyai program guru bimbingan konseling (BK) di sekolah adalah sahabat siswa.
Konsepnya, guru BK tidak menunggu anak datang untuk menceritakan problem yang dihadapi, namun guru BK mendekati anak tersebut terlebih dahulu untuk melakukan pendekatan. Dengan demikian, anak tersebut bisa lebih terbuka.
“Guru BK ini tidak sendiri, karena kami juga menyiapkan tim tingkat kota untuk memberi pendampingan. Seperti dari Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI), lembaga swadaya masyarakat yang konsen dengan persoalan anak, psikolog jalanan, dan lain sebagainya,” kata Ikhsan.
Ikhsan mengungkapkan, agar guru BK tersebut bisa masuk kepada anak-anak tadi, dilatihlah para Konselor Sebaya. Siswa yang dilatih memiliki kriteria supel dan mudah bergaul. Sebab, tak sedikit anak yang lebih memilih bercerita kepada teman sebayanya dibanding kepada guru. Dari Konselor Sebaya ini, guru BK mendapatkan informasi yang bisa ditindak lanjuti.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya ini menegaskan bahwa program untuk anak-anak yang ada di sekolah ini terhubung dengan Pemkot Surabaya. Jika di sekolah ada Konselor Sebaya, di tingkat kota ada Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang ditujukan bagi keluarga, serta Kampung Pendidikan Kampunge Arek Suroboyo untuk mengedukasi masyarakat.
“Semua program yang dikembangkan itu agar anak-anak Surabaya lebih terjaga. Dan tidak ada lagi anak-anak yang terlibat geng-gengan yang oleh Ibu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah didamaikan beberapa waktu lalu,” pungkasnya. (q cox)