Pemerintahan

Awarding Eco School, Wali Kota Risma: Pentingnya Pendidikan Lingkungan Sejak Dini

80
×

Awarding Eco School, Wali Kota Risma: Pentingnya Pendidikan Lingkungan Sejak Dini

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Ratusan siswa SD dan SMP, bersama sejumlah keluarga mengikuti Acara Awarding Surabaya Eco School di Gedung Graha Sawunggaling Lantai 6 Surabaya. Para siswa yang mengikuti kegiatan berpakaian unik dari hasil daur ulang sampah. Awarding Eco Shool merupakan kegiatan penyerahan penghargaan kepada siswa, sekolah dan keluarga yang peduli lingkungan. Gerakan lingkungan yang diawali dari sekolah ini digelar ke sembilan kalinya di Surabaya .

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dalam sambutannya menyampaikan, pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Menurutnya, saat ini di beberapa daerah terjadi banjir. Ia bersyukur, Kota Surabaya tak mengalami hal itu. Padahal, posisinya hanya terpaut 5 meter di atas permukaan laut.

“Tapi kenapa kita tak mengalami seperti daerah lain itu, karena kita mengelola sampah dengan baik. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin menjaga lingkungan,” kata Wali Kota Risma, Sabtu (7/12/2019).

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menyampaikan rasa terima kasih kepada para guru yang telah memberikan bimbingan kepada para siswanya agar peduli terhadap lingkungan.

“Sesungguhnya pahlawan itu adalah mereka yang bisa menjaga bumi ini dengan baik. Untuk itu, atas nama Pemkot Surabaya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,” katanya di hadapan para guru, siswa dan orang tua siswa.

Wali Kota Risma mengakui, tidaklah mudah dalam mengelola lingkungan. Namun, menurutnya bersama Tunas Hijau, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka kontribusinya tak hanya bisa dirasakan untuk Kota Surabaya saja, melainkan juga dunia.

“Tak ada kata yang bisa saya ucapkan selain matur nuwun (terima kasih). Dan, Tuhan akan mencatat apa yang bapak-ibu lakukan,” tegasnya.

Ia bercerita, semasa awal menjabat wali kota, saat itu kondisi sungai begitu memprihatinkan, karena banyaknya sampah yang hanyut terbawa aliran air. Sampah-sampah yag dibuang ke sungai, termasuk perabot rumah tangga, sehingga petugas kadang kesulitan untuk membersihkannya.

“Kasur, sofa, bahkan kursi dan tempat tidur hanyut di sungai. Tapi, alhamdulillah sekarang sudah sangat jarang dijumpai,” ujarnya.

Presiden UCLG Aspac ini mengakui, jika menanamkan program peduli lingkungan diberikan sejak usia dini, dampaknya luar biasa. Karena, hal itu tak pernah hilang dalam ingatan anak hingga tumbuh dewasa.

“Kalau kita menanam pohon sama dengan amal jariyah. Kita mati pohonnya masih memberikan oksigen untuk nafas orang lain, maka kita akan mendapatkan pahala yerus menerus sampai pohon itu mati,” ujarnya memberikan contoh.

Sementara itu, Presiden Tunas Hijau, Mochammad Zamroni mengatakan, bahwa Surabaya Eco Shool merupakan kegiatan pengelolan lingkungan dengan mengajak masyarakat melalui sekolah-sekolah. Melalui kegiatan ini diharapkan, pengelolaan lingkungan yang dilakukan di sekolah merembet ke masyarakat.

“Ada sepuluh poin kegiatan, diantaranya memilah sampah, mengumpulkan jelantah di rumah,” paparnya.

Ia menjelaskan, selain sekolah, Surabaya Eco Shool juga diikuti 1.207 keluarga. Para peserta tersebut menampilkan program kepedulian lingkungan yang dilakukan di dalam lingkungan keluarga melalui media sosial berupa instagram.

“Tahun ini sudah ada 84 sekolah SD dan SMP yang zero waste. Ini artinya, di sekolah tersebut tidak ada sampah non organik kemasan makanan minuman sekali pakai di lingkungannya,” katanya.

Sebagai diketahui, Surabaya Eco Shool 2019 merupakan program kegiatan peduli lingkungan, hasil kerjasama antara Tunas Hijau dan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Di tahun 2019, kegiatan ini diselenggarakan mulai bulan Oktober sampai dengan Desember. Capaian program ini, sebanyak 1.115 lubang biopori yang telah dibuat di sejumlah sekolah, untuk mengantisipasi genangan, 15.220 kilogram sampah organisk yang berhasil diolah, 7.200 kilogram sampah kertas yang telah diolah menjadi barang yang bermanfaat, kemudian 12 ribu kilogramm jelantah yang telah diubah menjadi biodiesel. Selain itu, sedikitnya 9.306 tanaman hias dan 1.509 pohon yang ditanam di sekolah. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *