Nasional

Pemindahan Pusat Acara Bau Nyale Putri Mandalika Menuai Polemik Masyarakat Adat

182
×

Pemindahan Pusat Acara Bau Nyale Putri Mandalika Menuai Polemik Masyarakat Adat

Sebarkan artikel ini

LOMBOK (Suarapubliknews) – Penetapan lokasi baru terkait pemindahan acara puncak Bau Nyale Putri Mandalika tahun 2020, mulai menuai polemik di tengah masyarakat Desa Kuta Lombok, karena Pantai Seger masih dipercaya sebagai tempat terjunnya Putri Mandalika.

“Mulai dari leluhur kita sampai sekarang, Pantai Seger adalah tempat yang ditentukan oleh pemangku adat kami sebagai tempat terjunnya putri Mandalika, tapi tahun ini berbeda,” ucap Sahnah, salah satu warga Desa Kuta Lombok saat dikonfirmasi media ini. Sabtu (18/01/2020)

Menurut Sahnah, pemindahan pusat acara ke Pantai Aan ini dinilai sebagai langkah untuk merubah tradisi yang sudah turun-temurun dari nenek moyangnya, meski lokasi tersebut lebih indah dan lebih ramai wisatawan.

“Kami tidak suka (sepakat) dengan hasil sidang isbat yang menghasilkan keputusan pemindahan itu, karena acara intinya adalah tangkap cacing, dan itu adanya di pantai Seger,” tandasnya.

Diketahui, bahwa Nyale sebenarnya adalah cacing laut kelas polychaeta. Namun, warga meyakini kemunculan cacing tersebut sebagai datangnya Putri Mandalika.

Dikutip dari media daring setempat (koranmerah.com), dengan judul Bau Nyale 2020 Ditetapkan Tanggal 14-15 Februari. Dipusatkan di Pantai Aan.

Event tahunan Bau Nyale Putri Mandalika tahun 2020 ditetapkan dilaksanakan pada hari Jumat-Sabtu tanggal 14-15 Februari 2020. Penetapan tersebut dilakukan melalui Sagkep Warige atau semacam sidang isbat oleh tokoh 8 penjuru mata angin pada hari ini Sabtu, [11/1/2020] yang berlangsung di kampung adat Ende, Sengkol Pujut, Lombok Tengah.

Sidang Warige ini diikuti oleh para pemangku adat diantaranya H.M.Yakum dari desa Sukadane, H.Lalu Sidik desa Rembitan, Parnamustawa dari desa Bangkat Parak, Supriadi dari Desa Kuta, KH Daelon dari Teruwai, Kiayi Ratne dari Lotim.

Unsur permintahan hadir Wakil Bupati Lombok Tengah, H.Lalu Pathul Bahri, S.Ip, Dinas Pariwisata Loteng dan NTB, serta tokoh budaya NTB.

Ditetapkan tanggal 14-15 Februari untuk Bau Nyale pada tahun 2020 ini berdasarkan kajian dan hitung hitungan dari para pemangku adat. Dimana hal ini mengacu dari penetapan acara Bau Nyale dua tahun terakhir, maka untuk tahun 2020 ini yakni tangal 20 bulan 10 penanggalan Sasak jatuh pada jumat-sabtu tanggal 14-15 Februari 2020.

Dimana barometer dalam penentuan penanggalan ini, para pemangku adat menghitung berdasarkan penanggalan sasak sebagai untuk menentukan tanggal 20 bulan 10 menurut penanggalan rowot sasak sebagai tanggal terjunnya putri Mandalika di pantai Seger Kuta yang kemudian berubah menjadi Nyale atau sejenis cacing laut sesui legenda yang berkembang di masyarakat.

Sementara itu, Bupati Lombok Tengah menyatakan untuk tahun ini, Event Bau Nyale akan dipusatkan kegiatan utamanya di Pantai Aan. Lokasi strategis berdekatan dengan sirkuit Mandalika.

“Begitu pula tahun ini, perayaan Bau Nyale sendiri memang digelar di Pantai Tanjung A’an. Tapi untuk bau nyale-nya sendiri bisa di pantai manapun di sepanjang pantai Loteng bagian selatan. Ini juga salah satu cara untuk memecah konsentrasi masyarakat pada perayaan bau nyale nantinya. Tidak hanya terkonsentrasi di satu lokasi saja. Tapi bisa menyebar di beberapa lokasi,” Kata Suhaili.

Sebelumnya kementerian Pariwisata telah menetapkan Bau Nyale sebagai Top Ten core event nasional pada tahun 2019 lalu. Pemerintah berharap, event ini dapat mendongkrak kunjungan wisatawan. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *