SURABAYA (Suarapubliknews) – Bangsa Indonesia membutuhkan SDM yang mumpuni. Salah satu tolak ukurnya adalah kompetensi teknis. Namun, hal itu tidaklah cukup. Dibutuhkan SDM yang memiliki etos kerja. Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak saat mengapresiasi gelaran Festival Ekstrakulikuler dan Pameran Pendidikan (Feskul Pamdik) Tahun 2020.
“Saya sangat bangga, bahwa seluruh anak-anak SMA, SMK, para guru, dan seluruh jajaran yang mengelola, telah memiliki nilai-nilai tersebut, yang ditunjukkan lewat Feskul Pamdik ini. Ajang ini bisa terlaksana berkat antusiasme dan perjuangan anda semua. Ini adalah acara monumental untuk mengawali Tahun 2020 di Jawa Timur,” katanya.
Nilai-nilai positif yang ditunjukkan oleh para siswa, guru, dan pihak-pihak terkait menjadi modal penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh bangsa untuk persaingan di masa depan.
“SDM yang memiliki etos kerja. Yakni, mampu bekerja dengan baik, memiliki sifat gigih, semangat yang tinggi, pantang menyerah, dan memiliki kreativitas yang tinggi. Kira-kira apa yang akan terjadi pada masyarakat jika terjadi persaingan bebas atau free fight seperti itu?,” ujar Emil.
Jika hal itu yang terjadi, maka yang terjadi adalah hukum rimba. Dimana, yang diatas akan semakin kuat, dan yang lemah akan semakin tertindas. Tentu hal ini bukan yang dicita-citakan para pendiri bangsa. “Maka satu lagi karakter yang dibutuhkan bangsa ini adalah budi pekerti,” tegasnya.
Orang nomor dua di Jatim ini menambahkan, rasa dan nilai-nilai positif tersebut menjadi modal penting untuk menghadapi era disrupsi, dan era revolusi industri 4.0. Meskipun, banyak yang mengatakan bahwa era tersebut membawa kekhawatiran jika profesi manusia akan tergantikan oleh mesin, komputer, dan Artificial intelligence (AI).
“Ada satu hal yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh robot, mesin, atau algoritma apapun yang menjadi dasar AI, yaitu rasa. Maka rasa inilah yang harus kita asah dan kita bangun,” lanjut Emil.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi mengatakan, seluruh pelaku dari Feskul Pamdik ini adalah para siswa-siswi SMA dan SMK se-Kota Surabaya. Baik para penari yang tampil, masakan, tata rias, stan-stan sekolah, dan lainnya.
“Hal ini sebagai wujud apresiasi kepada lembaga sekolah atas beragam prestasi dan kegiatan ekstrakulikuler yang telah dilaksanakan setahun penuh. Kami menyediakan panggung aktualisasi diri para siswa pada area yang lebih luas,” katanya.
Saat ini jumlah SMA negeri dan swasta se Surabaya sebanyak 141 lembaga. Kemudian jumlah SMK negeri dan swasta terdapat 105 lembaga. Sehingga, total SMA dan SMK se Surabaya sebanyak 246 lembaga. Adapun total keseluruhan siswanya mencapai sekitar 120.000 siswa. Istimewanya, seluruhnya ikut berpartisipasi pada ajang Feskul Pamdik.
“Kami juga menampilkan pertunjukan ekstrakurikuler, sebagai bagian dari pengembangan karakter dan ajang aktualisasi dan prestasi siswa,” jelas Wahid.
Adapun pertunjukan ekskul tersebut terdiri dari band pop kreatif, kidung Suroboyoan, tari tradisional, tari modern paduan suara, Al Banjari, paduan suara rohani, cheerleader, campursari, futsal, volley ball, basketball, dan Paskibraka.
Festival yang digelar mulai 14-16 Februari ini bertujuan untuk pencapaian dan layanan bagi setiap sekolah kepada pemerintah dan masyarakat. Lalu sebagai sarana komunikasi bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya perihal SMA SMK se-kota Surabaya.
Hadir dalam kesempatan itu, Ketua TP PKK Prov. Jatim, Arumi Emil Elestianto Dardak, Kepala Cabang Dinas Provinsi Jawa Timur, para Kepala SMA SMK, Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK), dan komite se-surabaya, para guru undangan, serta para siswa-siswi dari seluruh SMA dan SMK Negeri dan Swasta se-Kota Surabaya. (q cox, Tama Dinie)