JAKARTA (Suarapubliknews) – kuartal I/2020, perekonomian nasional mengalami tekanan. Selain disebabkan situasi global dengan terus menurunnya harga minyak dunia, pandemi Covid-19 juga mulai menghantam Indonesia pada awal Maret 2020.
Kondisi tersebut turut mempengaruhi konsumsi semen nasional. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat konsumsi semen nasional kuartal I/2020 mengalami penurunan 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk tetap mampu mencatatkan kinerja positif yang cukup konsisten sejak bergabung dengan SIG pada awal tahun 2019 lalu. Melalui sinergi yang kuat dan penerapan koordinasi untuk mengamankan pasokan selama pandemi, pada kuartal I/2020 SBI mampu mencatatkan peningkatan volume penjualan semen dan terak sebesar 5,78% menjadi 2,84 juta ton jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat 2,69 juta ton.
Presiden Direktur SBI, Aulia Mulki Oemar, mengatakan Meski volume penjualan semen dan terak domestik turun 1,41%, namun volume penjualan ekspor meningkat 180,93% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu.
ASI mencatat total penjualan semen domestik dan ekspor sepanjang kuartal I/2020 sebesar 16,29 juta ton. Konsumsi dalam negeri terkoreksi hampir 5% menjadi 14,9 juta ton, sedangkan ekspor turun 2,5% menjadi 1,39 juta ton.[1]
Hal ini tak lepas dari pengaruh musim hujan yang kurang ideal untuk pelaksanaan pembangunan, penurunan harga minyak dunia, kegiatan pemeliharaan (overhaul), serta merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia mulai awal Maret lalu yang turut mengurangi pergerakan dalam rantai pasokan kepada pelanggan.
Fokus SBI pada sinergi dengan SIG dan peluncuran Dynamix pada akhir kuartal ketiga tahun lalu, mampu membantu SBI mempertahankan kinerja prima meski pasar semen terdampak musim hujan dan pandemi Covid-19.
Peningkatan volume penjualan berkontribusi pada peningkatan pendapatan perusahaan sebesar Rp2,46 triliun atau naik 4,88% dari Rp2,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba kotor meningkat 35,70% menjadi Rp666 miliar.
Program-program efisiensi dan sinergi berhasil menurunkan beban pokok pendapatan serta beban distribusi dan penjualan masing-masing 3,26% dan 9,65%. Sehingga EBITDA meningkat 47,62% menjadi Rp398 miliar dan laba sebelum bunga dan pajak penghasilan meningkat 149,45% menjadi Rp296 miliar.
Capaian ini membantu SBI membalikkan keadaan dari kerugian pada kuartal pertama tahun 2019, menjadi laba sebesar Rp68 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
“Kami prediksi kinerja bisnis di kuartal kedua tahun ini akan mengalami tekanan berat karena dampak pandemi Covid-19, khususnya untuk pasar ritel. Kami mengapresiasi langkah pemerintah yang memberikan prioritas operasional bagi sektor-sektor strategis termasuk bahan bangunan, sehingga proyek-proyek infrastruktur masih tetap dapat berjalan walaupun melambat dan kita harap dapat membantu perekonomian untuk cepat pulih setelah pandemi berakhir,” tutup Aulia.
SBI dan SIG selaku induk perusahaan menandatangani nota kesepahaman dengan Taiheiyo Cement Corporation (TCC), untuk menjalin kerja sama strategis terkait investasi TCC di SBI dan peluang perluasan pasar global melalui TCC.
Kesepakatan kerja sama ini juga menjadi bagian dari kewajiban refloat saham SBI setelah Mandatory Tender Offer (MTO) yang dilakukan pada tahun 2019 lalu. Rencana kerjasama strategis SIG dan TCC merupakan bagian dari strategi SIG dalam mewujudkan visi sebagai penyedia solusi bahan bangunan terbesar di regional.
Selain perluasan pasar, kerjasama strategis ini juga membuka peluang bagi kedua belah pihak dalam penelitian produk dan pengembangan teknologi sehubungan dengan kegiatan usaha masing-masing perusahaan. Dengan persamaaan nilai dan model bisnis yang berkelanjutan, kerjasama antar perusahaan akan meningkatkan kapabilitas sebagai perusahaan berstandar global. (q cox, tama dinie)