SIDOARJO (Suarapubliknews) –Indonesia kini mulai memasuki era new normal atau tatanan kenormalan baru yang menuntut masyarakat untuk mengubah kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih sesuai protokol kesehatan untuk tetap menjalankan aktivitas normal guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Pandemi Covid-19 dan perubahan tatanan tersebut tentu berdampak luas bagi banyak sektor.
Perubahnya aktivitas masyarakat membuat dunia usaha sepi, seperti bidang pariwisata, transportasi online, penjualan retail dan tentu di sektor energi. New normal ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan kondisi perekonomian negara, serta menekan risiko PHK karyawan oleh pelaku industri.
“Selama masa pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat anjlok, meskipun pada kuartal I 2020 pertumbuhan ekonomi masih positif di level 2,97%,” ungkapnya kepada wartawan via telepon seluler, Senin (13/07/20).
Menanggapi hal tersebut Sony Sunarko pengamat Sosial yang juga kandidat Magister Hukum S2 ini mengatakan, Pemerintah sedang menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tetap positif pada kuartal II dan kuartal III 2020 di ambang 2,3%-2,5%. Penerapan new normal diharapkan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan beroperasinya sektor industri, perekonomian dapat bergeliat kembali dan mengatrol pertumbuhan ekonomi.
“Cukuplah tantangan tersebut menjadi bahan belajar kita bersama, untuk bisa bangkit dan berlari lebih cepat lagi. Kita harus memahami kondisi ini dan tentu nya perlu kita sikapi secara bijak, semua orang perlu memahami kondisi tidak normal meskipun kita harus belajar dalam kondisi new normal karena banyak hal yang berubah,” ujar Sony yang juga seorang Pengusaha tersebut.
Sony Menambahkan Melalui new normal, pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk mengembalikan kondisi perekonomian dan sosial masyarakat. Namun, di sisi lain semua pihak diharapkan tetap berupaya menghentikan penyebaran virus Corona.
“Kebangkitan Indonesia pasca dihantam gelombang pandemi tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan saling membantu untuk sama-sama bangkit dari keterpurukan,” pungkasnya. (q cox, drie)