Jatim RayaPeristiwa

Tak Ada Lagi Zona Merah Covid-19 di Jatim

55
×

Tak Ada Lagi Zona Merah Covid-19 di Jatim

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Kabar gembira diterima oleh Masyarakat  Jawa Timur. Per hari Selasa (6/10), Provinsi di ujung Timur pulau Jawa ini diumumkan terbebas dari zona merah Covid-19 oleh Satuan Gugus Tugas Covid-19 Nasional.

Dari 38 Kab/Kota seluruh Jatim, 28 wilayah dinyatakan berkategori orange atau resiko sedang. Sedangkan 10 sisanya terkategori zona kuning atau resiko rendah. “Alhamdulillah, sore  hari ini  Satuan Gugus Tugas Covid-19 Nasional mencatatkan kan bahwa Jatim sudah bebas dari zona merah” tulis Gubernur Khofifah di akun instagram pribadinya.

Dengan munculnya hasil baik ini, Gubernur Khofifah pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak, yang telah bekerja keras bahu membahu mengendalikan  penyebaran virus Corona atau Covid-19 dengan hasil yang cukup menggembirakan.

“Terima kasih kerja keras semua pihak baik dari Pemerintah Kabupaten/ Kota,  TNI, POLRI, Kejaksaan, Pengadilan, Kampus, Media, Tenaga Kesehatan, Tokoh Agama, Relawan,  terkhusus bagi masyarakat Jatim yang saat ini menjadi garda terdepan dalam pemakaian masker. Merekalah yang menjadi faktor utama yang berkontribusi pada kesuksesan Jawa Timur kali ini,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, Khofifah juga membeberkan rahasia Jatim dalam keberhasilannya menekan penyebaran COVID-19. “Prinsipnya, Kami selalu mempertimbangkan masukan dari pakar epidemiologi dalam penanganan COVID-19 di Jatim. Kali ini, kita mendapatkan data bahwa  penggunaan masker yang masif dan serentak, terbukti mampu menurunkan kurva penambahan kasus COVID-19 di berbagai Negara. Di samping itu, apabila 60% saja populasi mau pakai masker, Rate of Transmission atau tingkat penularan bisa turun dibawah satu. Oleh karena itu, kita adopsi gagasan yang telah scientifically proven ini di Jatim,” tuturnya.

Khofifah menyebut, dalam satu bulan terakhir, penanganan COVID-19 di Jatim difokuskan kepada perubahan perilaku dengan kampanye penggunaan masker yang massif oleh para tokoh diikuti dengan operasi Yustisi yang tidak hanya memberikan hukuman, tetapi juga memberikan reward kepada masyarakat yang patuh protokol kesehatan.

“Saya setiap weekend bersama tim dari Forkopimda, Pangdam, Kapolda,  Bupati, Walikota juga pimpinan instansi vertikal seperti BI, BPN, OJK dan para survivor COVID-19 bergantian untuk keliling Kabupaten dan Kota di Jatim terjun langsung kepada masyarakat dengan cara gowes untuk menyampaikan ajakan “Pakai Masker” sambil membagikan masker gratis dan sembako untuk mengapresiasi kepatuhan mereka kepada protokol kesehatan,” imbuhnya.

Selain itu, dengan adanya 1,275,928 masyarakat Jatim yang telah ditindak penegakan disiplin  oleh operasi Yustisi, kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan tentunya semakin meningkat, Hal ini yang diduga juga berpengaruh pada penurunan tingkat penularan atau rate of transmission Jatim sehingga saat ini RT Jatim bisa dibawah angka 1 selama 14 hari.

Tak hanya peningkatan cakupan penggunaan masker, percepatan 3T yang lebih masif juga sebagai kunci utama guna mengendalikan laju penyebaran Covid-19. Secara kumulatif, testing di Jawa Timur per 6 Oktober 2020 telah dilakukan kepada 1,346,878 orang, dengan rincian rapid test sebanyak 976.711 test dan PCR sebanyak 370.107 test.

“Saat ini, positivity rate Jatim  telah turun dari 31% di Bulan Juli menjadi 10% per minggu ini yang artinya testing terus konsisten meningkat sementara semakin sedikit kasus positif COVID-19 yang ditemukan di masyarakat. Ini merupakan pertanda bahwa intervensi kita on the right track,” ujarnya.

Khofifah juga mengungkapkan Bahwa Pemprov Jatim bersama 127 RS Rujukan telah mempersiapkan bed yang cukup untuk Isolasi dengan rincian 6.611 bed isolasi biasa dan 860 bed isolasi tekanan negatif/ICU yang saat ini jumlahnya tertinggi di banding provinsi lain di Indonesia.

“Penurunan kasus COVID-19 juga dapat dilihat di BOR Rumah Sakit di Jatim yang konsisten menurun, dua minggu sebelumnya, BOR RS Rujukan COVID-19 di Jatim adalah 49%, laporan terkahir dari Kemenkes RI menunjukkan bahwa BOR Jatim saat ini adalah 38%, padahal standar WHO kapasitas bed dikatakan aman bila dibawah 60%. Artinya memang benar, tren kasus cenderung menurun,” tambahnya.

Walau telah terbebas dari zona merah, Gubernur Khofifah tetap berpesan kepada masyarakat untuk tidak lengah. Kepatuhan akan protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menghindari kerumunan tetap harus dijalankan sampai penyebaran benar-benar berhenti.

“Saat ini, Masyarakat Jatim harus tetap waspada dan gotong royong karena kita semua belum di vaksin. Satu-satunya vaksin yang saat ini kita miliki adalah patuh terhadap protokol kesehatan. Oleh karena itu, Mohon tetap patuh terhadap protokol kesehatan sampai berhenti penyebaran COVID-19 ini,” pesan Gubernur perempuan pertama Jatim ini.

Pujian pun turut dilayangkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI Doni Monardo. Dirinya mengucapkan selamat kepada Jatim atas upaya kerasnya dalam menanggulangi pandemi Covid-19.

“Per hari ini dua Provinsi yang selama ini masuk dalam 10 besar prioritas pusat, Jatim dan Sulsel, kita ucapkan selamat karena zona merahnya sudah nol,” ungkap Doni Monardo saat mengikuti Rakor Virtual Operasi Perubahan Perilaku pada Senin (5/10) malam

 

Sebagai rincian, zona orange di Jatim tersisa 28 Kabupaten dan Kota yakni Banyuwangi, Nganjuk, Bondowoso, Jombang, Tuban, Sidoarjo, Magetan, Ngawi, Sumenep, Lamongan, Bojonegoro, Kota Surabaya, Probolinggo, Lumajang, Blitar, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Situbondo, Kediri,

Mojokerto, Kota Batu, Kota Malang, Pasuruan, Ponorogo,  Gresik, Jember, Kota Mojokerto, Kota Madiun. Sedangkan untuk zona kuning terdapat pada Pamekasan, Pacitan, Kota Blitar, Bangkalan, Kota Kediri,Madiun, Tulungagung, Trenggalek, Malang, Sampang. (q cox, tama dinie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *