SIDOARJO (Suarapubliknews) – Praktek kerja lapangan biasanya dilaksanakan diluar area sekolah, namun tidak yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Buduran, Sidoarjo. Diarea halaman disulap menjadi tempat nongkrong di kafe atau restoran.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 1 Buduran, Muhthalif, fasilitas kafe dan restoran tersebut merupakan bagian dari program and match atau “penikahan massal” dengan Industri dan Dunia Kerja (Iduka).
Sejak sebulan terakhir ini, ada fasilitas kafe dan restoran di sekolah yang berlokasi di Jalan Jenggolo 1 Sidoarjo tersebut. Ada dua ‘tenant’ kuliner yang berada di sudut depan sekolah tersebut, yakni Satoe Eatery, dan Satoe Kopi.
Keberadaan mereka bukan merupakan usaha murni bertujuan untuk mencari keuntungan atau lahan sekolah yang disewakan, namun dua tempat kuliner ini adalah bagian dari kurikulum SMKN 1 Buduran untuj pembelajaran atau praktik industri para siswa.
“Ini merupakan program pengelolaan bersama antara sekolah dengan dunia kerja, dalam hal ini kami menggandeng chef profesional untuk mengajari dan membawa siswa ke dunia kerja yang sebenarnya,” katanya saat acara performance Maestro Pizza Indonesia Chef Agung Kurnia di Satoe Eatery.
Selain dua usaha tersebut, di SMKN 1 Buduran juga disiapkan beberapa sektor usaha lain, seperti hotel, salon kecantikan hingga fashion gallery. Kesemuanya adalah aplikasi praktek dari jurusan yang ada di sekolah tersebut.
Ada 7 jurusan yang disediakan di sekolah ini, yakni Perhotelan, Perjalanan Wisata, Tata Boga, Tata Busana, Spa, Desain Fashion, dan Kecantikan Kulit dan Rambut. Namun karena ada pandemi apalagi proses belajar mengajar juga dilakukan secara daring, untuk sementara yang dibuka adalah Satoe Eatery dan Satoe Kopi. “Ini yang menjadi kendala saat ini di masa pandemi. Karena selain harus mengatur jadwal siswa yang simulasi praktik, juga harus mendapatkan izin dari orang tua,” jelas Muhthalif.
Namun demikian kemungkinan nantinya pihaknya akan melakukan giliran terhadap siswa yang praktek, diantaranya dengan per kelompok yang bergantian sepekan sekali. “Untuk jam operasional di Satoe Eatery sendiri untuk Senin hingga Jumat jam 10 pagi hingga 10 malam, sedangkan Sabtu dan Minggu jam 3 sore hingga jam 10 malam,” tukasnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMKN 1 Buduran, Agus Subagyo menambahkan, pihaknya masuk dalam program Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan merupakan salah satu dari SMK di Jatim yang terus berjalan.
“Kita jalankan penyelarasan kurikulum, dimana menarik industri di sekolah. Dengan mengadopsi manajemen industri termasuk SOP yang dijalankan juga sesuai industri,” ulasnya.
Dengan langkah tersebut, lanjut dia, penerapan Iduka di SMKN 1 Buduran telah menyesuaikan dengan kebutuhan industri. “Sekarang kita sesuaikan industri butuhnya apa, termasuk kalau perlu upskilling tenaga pengajar. Sehingga begitu lulus, siswa sudah siap kerja,” ujar Agus.
Sementara itu Chef Kuswandi selaku pengelola Satoe Eatery mengaku tertarik untuj bekerja sama dengan SMKN 1 Buduran, selain mendukung program Iduka di sekolah juga ingin mencetak sumber daya manusia (SDM) handal dari siswa SMK.
“Apalagi mereka sudah memiliki dasar teori sesuai jurusan yang diambil, misalnya di tata boga. Kita tinggal mengarahkan dan menajamkan sesuai dengan standarisasi di industri,” ujarnya.
Kuswandi bersama Chef Chevy Gallard Athaya yang sudah malang melintang di dunia food and beverage di Jawa Timur dan nasional ini berharap Satoe Eatery akan menjadi wadah bagi siswa SMK dalam menjembatani mereka sebelum benar-benar masuk ke industri, bahkan bagi mereka yang ingin menjadi wirausaha di bidang food and beverage. (q cox, tama dinie)