SURABAYA, (Suarapubliknews) – Guna meminimalisir keikutsertaan pelajar SMA/SMK dalam kegiatan demonstrasi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta para Kepala Sekolah, Guru dan Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan untuk melibatkan Komite Sekolah dan OSIS dalam proses pengawasan para pelajar.
Keikutsertaan Komite Sekolah dan OSIS dirasa Gubernur Khofifah bisa menjadi pendekatan yang efektif dalam memberikan pengertian kepada pelajar dan mengawasi agar tidak turut dalam aksi unjuk rasa . Mereka masih usia anak- anak saatnya mereka belajar.
“Saya minta para kepala sekolah dan guru kelas mengundang Komite Sekolah, baik secara langsung maupun virtual. Begitu pula pengurus OSIS. Mereka diajak ikut untuk mengajak putera- puteri atau temannya agar tetap konsentrasi belajar,” katanya.
Komite Sekolah diharapkan para orang tua bisa membimbing dan memonitoring langsung aktifitas anaknya. Melalui grup sosial media, Gubernur Khofifah meminta orang tua bisa bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memonitor agar pelajar tetap fokus pada kegiatan belajar .
“Jadi kalau komite ini pendekatan melalui orang tua dan harapannya langsung akan memberikan bimbingan dan monitoring,” tutur Khofifah kepada ratusan perwakilan kepala sekolah SMA/SMK Negeri dan Swasta yang hadir pada Virtual Meeting dengan Kepala sekolah SMA-SMK se jatim tentang Antisipasi Demo Omnibus Law yang melibatkan Pelajar Via Zoom.
Tak hanya Komite Sekolah, pendekatan melalui OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) disebutkan pula akan jauh lebih efektif. Dengan adanya kedekatan emosional sebagai teman sebaya, dirinya meminta para pengurus OSIS bisa melakukan pendekatan kepada temannya baik melalui media sosial maupun secara langsung. “Kalau OSIS bahkan bisa lebih efektif karena merupakan pendekatan teman sebaya, yang menggunakan bahasa mereka, juga dengan diksi ala milenial,” imbuhnya.
Untuk itu, dirinya menekankan pentingnya literasi digital bagi pelajar sebagai upaya untuk memfilter dalam menerima dan mencerna informasi juga dalam mengutarakan pendapat. Mengingat banyaknya berita hoax yang tersebar di kalangan pelajar, Gubernur Khofifah merasa bahwa tak hanya langkah antisipatif, namun juga langkah edukatif dan rehabilitatif yang diperlukan dalam kondisi saat ini. “Disinilah peran dari pendidikan karakter yang dirasa sangat penting khususnya bagi anak- anak SMA dan SMK,” tekannya.
Lebih dari itu, upaya ini juga sebagai langkah perlindungan kepada pelajar dimana pandemi Covid-19 belum berhenti penyebarannya. Walau kondisinya telah melandai, Gubernur Khofifah mewanti-wanti bahwa Covid-19 belum berhenti penyebaranya.
Dukungan juga diberikan oleh Direktur Intelkam Polda Jatim Kombes Pol Slamet Hariyadi. Dalam arahannya dirinya menyebut bahwa di beberapa titik antara 65-70 persen dari pendemo yang diamankan pada saat demonstrasi pada 8 Oktober lalu adalah pelajar SMA/SMK.
Dengan tingginya angka partisipasi pelajar tersebut, Kombes Pol Slamet membuka kesempatan untuk koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Sekolah-Sekolah dalam melakukan pengawasan kepada pelajar.
Dirinya meminta para pendidik dan kependidikan untuk bisa meningkatkan sinergi melalui satuan-satuan Kepolisian baik di Polres dan Polsek di Jawa Timur. “Bapak Ibu sekalian tidak perlu khawatir. Bapak Ibu sekalian tidak sendirian, kita akan selalu mendampingi untuk membina anak-anak kita,” ungkap Slamet Hariyadi.
Sementara itu, menindaklanjuti arahan dari Gubernur Khofifah, Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jatim Wahid Wahyudi meminta para Kepala Sekolah dan guru agar memantau semua kegiatan pelajar khususnya mulai pukul 10.00 hingga 14.00 siang.
Dirinya juga meminta agar guru wali kelas juga masuk ke dalam grup whatsapp grup pelajar untuk mempermudah pemantauan. “Saya ingin semua dipantau jam 10.00 sampai 14.00 siang termasuk hari Sabtu dan Minggu,” pesannya. (q cox, tama dinie)