SURABAYA (Suarapubliknews) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus menggelar parade Seni Budaya via virtual untuk menghibur warga dan mewadahi kreativitas para seniman di tengah pandemi Covid-19. Penampilan parade Seni Budaya yang akan digelar nanti malam itu dipastikan akan lebih seru dan menarik. Pasalnya, semua Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Surabaya akan tampil dalam drama kolosal Resolusi Jihad Fisabilillah.
Demi tampil bagus, para Forkopimda itu sudah mulai kemarin menjalani latihan. Rabu kemarin, mereka latihan di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, kemudian malamnya langsung latihan di Tugu Pahlawan. Mereka dilatih langsung oleh Herry Lentho, seorang seniman sekaligus sutradara dalam drama Resolusi Jihad Fisabilillah itu. Serius, canda dan tawa menghiasi latihan itu.
Pada saat itu, Herry Lentho mengajari satu persatu peran Forkopimda, mulai dari Kajari Surabaya yang harus membacakan teks Resolusi Jihad dengan lantang dan menggelegar, Wali Kota Risma yang harus mengkomandoi dapur umum untuk para pejuang dan para Kapolres yang nantinya akan mengingatkan kembali sejarah lahirnya Polri. Saat itu, Herry Lentho juga memberikan kebebasan kepada Wali Kota Risma pada saat berkomunikasi di atas panggung. Bahkan, ia juga diminta untuk menyampaikan wejangan dan nasihan kemerdekaan kepada masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Antiek Sugiharti mengatakan dalam Parade Seni Budaya 2020 kali ini, sengaja menghadirikan bintang tamu Forkompimda secara khusus untuk menghibur masyarakat. Selain itu, ia memastikan untuk pembagian peran masing-masing pemain, menyesuaikan dengan tokoh yang ada di dalam lakon tersebut.
“Mulai dari Pak Kapolres dan Bu Kapolres sebagai polisi istimewa. Kemudian Pak Kajari dan Pak Danrem sebagai Kiai Wahab dan Bung Tomo. Pada saat latihan sudah kami bagi dan beliau-beliau mendalami karakter tersebut,” Antiek Sugiharti, Rabu (22/10/2020).
Menurutnya, cerita dari pementasan Resolusi Jihad ini merupakan sejarah yang terdapat di Kota Pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Tidak hanya itu, Antiek menyebut pementasan ini juga menandai sebagai hari lahirnya Polisi RI dari cikal Bakal Muhammad Yasin.
“Sehingga dari situlah mungkin kami juga hadirkan pasukan dari kepolisian untuk ikut menyemarakkan,” lanjut nya.
Menariknya, Antiek menegaskan sebenarnya kolaborasi ini sangat menarik dan baru bagi masyarakat. Sebab, tidak hanya melibatkan para seniman saja dipanggung pementasan, tetapi para pejabat ikut bersama-sama memberi suguhan yang menarik dan mengedukasi bagi warganya.
“Jadi selain menghibur yang lebih ditekankan adalah sisi edukasi kepada masyarakat. Kemudian ini sealgus menghargai para pahlawan berjuang dari berbagai sudut pandang mereka. Mulai dari sisi agama hingga nilai-nilai kemasyarakatannya,” pungkasnya (q cox)