KEDIRI KOTA ( Suarapubliknews) – Brug Over den Brantas te Kediri atau yang dikenal dengan nama jembatan lama di Kota Kediri, kini memasuki usia 153 tahun. Berdiri tahun 1869, jembatan itu lebih tua dari jembatan Brooklyn di Amerika Serikat karya insinyur John Augustus Roebling yang berdiri pada tahun 1883.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat jembatan, sehingga bisa terus dimanfaatkan sebagai penghubung bagi pejalan kaki dan kendaraan tanpa mesin.
“Saya mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan merawat bersama dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyalakan api di sekitar jembatan, dan tidak memasang atribut apapun termasuk vandalisme di jembatan lama. Sehingga nanti anak cucu kita masih bisa melewatinya,” pinta Wali Kota, Jumat (18/3/2022)
Ditambahkan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kota Kediri Zachrie Ahmad, bahwa jembatan lama ini bisa dimanfaatkan untuk pejalan kaki dan kendaraan bukan mesin seperti sepeda angin, becak dan gerobak.
Untuk masyarakat yang melintas dipersilahkan, tapi intinya yang melintas tidak boleh melakukan perusakan, menempelkan atribut, apalagi sampai vandalisme di sekitar cagar budaya ini
Bagi pemancing, ia pun meminta agar yang merokok tidak lupa mematikan rokoknya. “Dari beberapa laporan yang masuk, puntung rokok menjadi pemicu terjadinya kebakaran di tepi badan jembatan, sebab terbuat dari kayu,” tuturnya.
Terpisah, Koordinator Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah Kota Kediri sekaligus peneliti jembatan lama, Imam Mubarok meminta agar jembatan terus dijaga termasuk dari segala komponen di badan jembatan yang bisa berpotensi merusak badan jembatan.
“Saya minta seluruh komponen kabel, air PDAM, dipindah semua. Jadi, siapapun yang merasa memiliki kabel, memiliki pipa segera dipindahkan dan koordinasi dengan PU,” ujar Gus Barok, sapaan akrabnya.
Untuk diketahui, bahwa peringatan HUT Jembatan Lama ke-153 ini dilakukan di badan jembatan lama. Terdapat nasi tumpeng lengkap dengan lauknya yang disiapkan panitia. Acara dimulai dengan tarian tradisional, dilanjutkan dengan sambutan dan doa bersama.
Hadir dalam acara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kota Kediri Zachrie Ahmad, budayawan, relawan, serta masyarakat pecinta budaya. “Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan makan bersama.” Pungkasnya. (q cox, Iwan)