YOGYAKARTA (Suarapubliknews) – Kepergian seorang tokoh besar sekaligus ulama dan bapak bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif, tentu meninggalkan banyak kenangan pembelajaran bagi banyak orang, tak terkecuali Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Gubernur Khofifah menyempatkan untuk takziyah ke kediaman ulama dan tokoh intelektual Muslim dengan sederet pengabdian dan kejuangan yang akrab dipanggil Buya Syafii Maarif. Bertempat di Jalan Halmahera, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY, Ia menyampaikan rasa duka cita yang mendalam pada keluarga yang ditinggalkan.
“Kami ingin menyampaikan duka cita yang mendalam baik atas nama pribadi , Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun warga Jawa Timur . Saya rasa saat ini kita semua kehilangan sosok intelektual dan ulama karismatik yang penuh kesantunan serta kebersahajaan dengan kedalaman keilmuan yang luar biasa. Beliau adalah Bapak Profesor Doktor Syafii Maarif yang biasa dikenal dengan panggilan Buya Syafii Maarif,” ungkapnya Sabtu (28/5)
Dirinya menjelaskan bahwa saat ini mencari figur sekelas beliau yang tidak berhenti selalu mengajak warga bangsa agar menjaga persatuan dalam kebhinekaan, saling menjaga dan menghormati agar bisa membangun integrasi bangsa lahir dan batin tentu tidak mudah. “Kita berharap bahwa pikiran beliau dan seluruh dedikasi yang luar biasa untuk agama masyarakat, bangsa, dan negara. Bisa kita ikuti jejak-jejak keteladanan beliau,” ujarnya.
Gubernur Khofifah, mengatakan bahwa ia melihat sosok sekaliber Buya Syafii Maarif selama ini tentu memiliki sangat banyak kekuatan-kekuatan basis legitimasi sehingga tarikan politik dari berbagai pihak tidak bisa dihindari. Tetapi beliau memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan politik.
“Analogi yang tepat untuk bisa menggambarkan sosok Buya Syafii Maarif di tengah tarikan politik yangbluar biasa adalah seperti ikan di laut. Air laut asin tetapi ikan yang hidup di laut tetap tawar tidak ikut asin seperti air laut itu sendiri ,” sebutnya
Gubernur Khofifah menggambarkan sosok Buya Syafii Maarif dengan perumpamaan lautan. “Air laut itu asin, tapi ikan itu tidak terkontaminasi dengan asinnya air laut. Saya rasa beliau bisa menjadi payung dari sangat banyak kekuatan politik, kekuatan sosial, kekuatan keagamaan dan tentu komitmen besar menjaga kebinekaan di dalam persatuan dan kesatuan,” tambahnya.
Gubernur Khofifah juga menyebut bahwa sosok almarhum sangat cocok disebut sebagai Bapak Bangsa. Hal tersebut dinilai dari keinginan yang kuat seorang Buya Syafii Maarif yang teguh menjaga perdamaian dan persatuan.
Ditambah lagi karena beliau adalah tokoh utama di Muhammadiyah. Almarhum selalu ingin Muhammadiyah dalam suasana sejuk dan bersatu. Beliau juga ingin seluruh umat Islam dalam suasana yang damai dan bersatu, kedamaian dan persatuan. “Hal-hal tersebut menjadi salah satu hal yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh bangsa yang dimiliki oleh negeri ini,” tuturnya.
Gubernur Khofifah ditemui langsung oleh istri almarhum Buya Syafii, Umi Nur Kholifah. Ia mengaku bahwa banyak sekali makna kehidupan yang diperoleh dari cengkrama singkatnya saat takziyah. Terutama tentang bagaimana sosok Buya Syafii Maarif dan Umi Nur Khalifah yang memiliki kemandirian luar biasa dalam menjalankan kehidupan baik di skala domestik maupun publik.
“Saya rasa cerita-cerita tentang bagaimana beliau membangun ketahanan keluarga melalui harmonius partnership di antara Almarhum dan Umi Nur Khalifah ini, menjadi bagian penting bagi untuk kita terus ikuti dan menindaklanjuti di dalam perjalanan kehidupan kita masing-masing,” tutupnya. (Q cox, tama dinie)