Pemerintahan

Pemkot Surabaya Dinilai Layak Jadi Pioner Pencegahan Stunting di Jatim, Ini Alasannya

47
×

Pemkot Surabaya Dinilai Layak Jadi Pioner Pencegahan Stunting di Jatim, Ini Alasannya

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Eri Cahyadi paparkan Percepatan Penurunan Stunting di Surabaya dalam Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2022 secara virtual di Ruang Sidang Wali Kota, Selasa (23/8/2022). Saat paparan percepatan pencegahan stunting, Wali Kota Eri didampingi oleh jajaran Asisten, Kepala PD dan Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Surabaya, Rini Indriyani.

Dalam paparannya, Wali Kota Eri menyebutkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memiliki delapan langkah dalam Aksi Percepatan Penurunan Stunting. Poin yang pertama adalah, aksi analisis situasi di Kota Surabaya, dalam hal pemkot menghitung anggaran untuk kegiatan yang akan diselenggarakan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting.

Setelah ditentukan anggarannya, Pemkot Surabaya berhasil menurunkan angka stunting, yang semula di tahun 2021 ada 12.788 menjadi 6.722 di tahun 2022. “Datanya bisa kita lihat per kelurahan dan kecamatan, kita bisa tahu, mana saja yang perlu kita sentuh menggunakan anggaran yang ada,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.

Aksi kedua yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya adalah, menggunakan anggaran untuk kegiatan kesehatan, salah satunya pencegahan stunting. Semenjak diterbitkannya Peraturan Wali Kota (Perwali) No 79 tahun 2022 terkait percepatan stunting di Surabaya, pemkot melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) melibatkan stakeholder dan masyarakat, dalam menekan angka stunting.

Wali Kota Eri menegaskan, pencegahan stunting di tahun 2022 menjadi salah satu tugas pokok DP3APPKB Surabaya dan masuk di dalam kontrak kinerja kepala dinasnya. Oleh karena itu, berhasil tidaknya pencegahan stunting di Kota Surabaya nantinya akan dinilai dari kinerja dinas terkait.

“Berhasil atau tidaknya penurunan stunting tergantung Kepala DP3APPKB, yang mana saat ini sudah tercantum di dalam kontrak kinerja,” tegas Wali Kota Eri.

Aksi lain dalam percepatan penurunan stunting di Surabaya yakni pemkot melakuakn pembinaan kader pembangunan manusia yang kini dibentuk menjadi Kader Surabaya Hebat (KSH). Pada tahun 2021, Pemkot Surabaya berhasil membentuk dan mendampingi serta memberikan pembinaan kepada 27.000 KSH.

“Tapi saat ini totalnya sudah 48.000 kader, mereka ada di setiap RT kemudian mendata kesehatan warga Surabaya. Jadi, dengan adanya KSH akan diketahui ketika ada bayi atau balita yang kurang gizi, tingginya kurang dan sebagainya,” lanjut Wali Kota Eri.

Menurut wali kota yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu, keberhasilan Pemkot Surabaya dalam percepatan penurunan stunting bukan hanya hasil kerja keras para KSH. Akan tetapi, ada peran penting warga Surabaya yang peduli dengan orang di sekitarnya. Bukan hanya peran dari KSH, akan tetapi juga ada peran dari masyarakat yang tergabung di dalam Pendekar Biru (Pendampingan Oleh Kader dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru).

“Penanganan stunting itu tidak mudah, karena mengatasi ini tidak hanya diberikan bantuan begitu saja, tidak. Tapi mindset (pemikiran) kita bersama, sebelum menikah itu sudah kita sentuh untuk mencegah stunting bersama KSH dan Pendekar Biru,” papar Cak Eri Cahyadi.

Beberapa kegiatan pencegahan stunting juga dipaparkan oleh Cak Eri, seperti lomba Generasi Emas (Eliminasi Masalah Stunting), melibatkan TP PKK dan KSH untuk melakukan survey melalui aplikasi Sayang Warga, pendampingan ASI kepada ibu menyusui dan pendampingan gizi anak, pra nikah serta kerjasama stakeholder perguruan tinggi dalam penanganan masalah stunting di Surabaya.

Dalam pemaparan, program dan hasil kerja jajaran Pemkot Surabaya mendapat apresiasi dari tim panelis Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting Pemprov Jatim Tahun 2022. Bappeda Provinsi Jatim, Dinkes Jatim dan Kementerian Agama Jatim menilai, percepatan pencegahan stunting di Kota Surabaya, ke depannya bisa menjadi pioner dalam pencegahan stunting di Jatim.

“Matur nuwun Bapak dan Ibu, atas saran dan masukkannya, semoga ke depan Surabaya bisa terus menekan dan mencegah terjadinya stunting. Diharapkan, di tahun 2023 Surabaya bisa bebas dari stunting, karena kota ini hebat bukan karena wali kotannya, tapi karena masyarakat dan kadernya,” pungkasnya. (Q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *