SURABAYA (Suarapubliknews) – Adanya pandemi membawa tantangannya tersendiri bagi pelaku industri kreatif yang membutuhkan banyak adapatasi dari kondisi baru tersebut. Tidak sedikit pelaku industri kreatif yang gulung tikar dan merubah format brandnya, namun di sisi lain brand-brand lokal baru aktif lahir secara masif selama pandemi.
Merespon kondisi tersebut, Basha Market di penghujung Oktober 2022 kembali hadir secara luring. Setelah vakum selama tiga tahun dan sempat mengganti format menjadi kegiatan daring 2 tahnu terakhir. Hadirnya Basha Market mengobati rindu banyak pihak, mulai dari penikmat Basha Market hingga brand-brand lokal. Antusiasme brand lokal yang ingin berpartisipasi di event ke 12 ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya brand lokal yang masuk ke dalam kurasi Basha Market.
Co Founder Basha Christie Erin, menyebutkan bahwa selain brand lokal yang memang sudah familiar di Basha Market, banyak juga brand-brand baru yang masuk dalam kurasi kali ini. “Kita juga terkejut, banyak sekali brand-brand baru yang daftar ke Basha Market. Rata-rata memang baru lahir dari pandemi kemarin,” ujarnya.
Ia melihat bahwa adanya pandemi kemarin memang sungguh memprihatinkan untuk banyak pihak, namun Erin juga percaya bahwa nafas industri kreatif tidak akan pernah berhenti. “Saya sangat mengapresiasi teman-teman brand lokal yang sungguh luar biasa. Banyaknya brand baru yang lahir merupakan satu bukti bahwa kita semua mencari jalan untuk keluar dari kondisi kemarin dan semangat itu yang perlu juga kita dukung bersama,” lanjutnya.
Founder Revolt Industry, Stephen Firmawan P menuturkan, kembalinya Basha Market secara luring bukan hanya menjadi tanda kegiatan ekonomi berangsur membaik, tetapi sebenarnya juga menjadi titik uji apakah segala stakeholders ekonomi kreatif, khususnya di Surabaya atau Jawa Timur, dapat menggunakan kesempatan yang baik ini untuk terus menumbuh-kembangkan ekonomi kreatif.
“Semoga para pelaku bisnis independen-kreatif, pasar, media, pemerintah, hingga masyarakat luas se-Surabaya tidak hanya menikmati Basha Market, tapi menjadikannya awalan untuk terus terpacu dan berkreasi dalam mewujudkan ekonomi kreatif Surabaya yang hebat,” ujarnya.
Co Founder Basha Devina Sugono, menyebutkan bahwa Basha Market kali ini hadir dengan tema MONOPOLI, yang membawa semangat dan harapan untuk brand lokal juga dapat ‘memonopoli’ pasar ekonomi tidak hanyak nasional tapi juga internasional. Basha Market – Monopoli menghadirkan 167 brand lokal yang datang dari Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan sekitarnya.
Brand lokal yang terlibat di Basha Market Monopoli terdiri dari beberapa kategori yaitu fashion, home living, mom and kids, beauty, hingga food and beverages. Beberapa brand lokal dan industri kreatif yang terlibat antara lain : The Bath Box, Studio Tropik, Fayt, Revolt Industry, Ittaherl, Something, Jaquelle Beauty, Duma, Yajugaya, Miroir, dan masih banyak lainnya.
Tingginya antusiasme brand lokal dapat dilihat dari banyaknya brand yang meluncurkan koleksi eksklusif hanya di acara ini. Sebut saja Kerokoo, Ricosta, Tatakan, The Overtee, dan lainnya. “Kita juga senang teman-teman brand lokal banyak yang meluncurkan koleksinya eksklusif di Basha, yang sebelumnya pengunjung tidak pernah dapatkan di online atau manapun,” ujarnya.
Basha Market selalu hadir dengan konsep-konsep yang baru sehingga membuat pengunjung yang datang merasakan pengalaman yang berbeda dari sebelumnya. Basha Market Monopoli kali ini akan menghadirkan instalasi interaktif seperti Fasion Jail, Monopoli of Life, Permainan Dadu Raksasa yang berkolaborasi dengan studio kreatif lokal Sciencewerk dan Ofsorts. (Q cox, tama dini)