SURABAYA (Suarapubliknews) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meluncurkan program 1.000 Santri One Pesantren One Product (OPOP) Digipreneur di Dyandra Convention Center, Surabaya.
Peluncuran 1000 Santri OPOP Digipreneur ini menjadi implementasi komitmen Gubernur Khofifah dalam hal mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan di Jatim khususnya dalam hal pengembangan entrepreneurship di lingkungan pesantren.
“Lewat peluncuran 1.000 Santri OPOP Digipreneur ini, kita ingin mencetak generasi santri mandiri yang mampu menjawab tantangan di masa depan khususnya era ekonomi digital. Karena program ini akan mengawinkan potensi santri dengan potensi kewirausahaan. Bahkan bukan hanya santrinya saja yang nantinya akan mendapatkan multiplier effect tapi juga pesantrennya dan lingkungan di sekitar pesantren,” ungkapnya.
Gubernur Khofifah menegaskan bahwa program OPOP Digipreneur yang diberikan pada Santri Jatim akan menyiapkan mereka untuk akrab dengan media digital khususnya internet. Sebab, teknologi menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini.
Ini semakin kuat dengan prediksi Jack Ma, founder Alibaba, yang menyebutkan bahwa di tahun 2030 mendatang pelaku UMKM dunia 99 persen akan bergerak akan dunia online. Dan dari jumlah itu, 85 persennya akan melakukan kegiatan jual beli nya lewat e-commerce.
“Jadi menguasai teknologi dan internet adalah sebuah keniscayaan. Ini menjadi starting point kita untuk menyiapkan 1000 santri OPOP untuk masuk pada digital entrepreneur. Kita sendiri harus membangun komitmen menyiapkan seluruh infrastruktur yang kita miliki untuk ini,” imbuhnya.
Sejauh ini, pelatihan 1.000 santri digipreneur sudah berjalan di dua kabupaten di Jawa Timur. Yakni Kabupaten Banyuwangi dan Mojokerto dengan masing-masing jumlah santri yang dilatih adalah 100 peserta.
Dalam program ini para santri akan dibekali bimtek sebagai bekal agar mereka memiliki keberanian, percaya diri, dan cakap untuk mendirikan sebuah usaha rintisan atau start up kewirausahaan. Tidak hanya itu, para santri juga akan mendapatkan materi fundamental entrepreneur, fundamental digital marketing dan media, serta fundamental desain komunikasi visual.
“Targetnya adalah 10 SMK dalam 1 kabupaten. Yang menjadi challenge adalah santri ini unik. Mereka di pesantren tidak boleh membawa handphone dan tidak boleh pakai internet, maka kita akan cari format sekolah yang memiliki lab komputer,” tegasnya.
Pihaknya berharap dengan diluncurkannya program 1.000 Santri OPOP Digipreneur ini, akan mempercepat kebangkitan Jawa Timur. Khususnya juga diharapkan kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan kewirausahaan di pesantren semakin meningkat. “Semoga peluncuran hari ini akan memberikan manfaat besar bagi pengembangan pendidikan entrepreneurship di kalangan pesantren di Jawa Timur,” pungkasnya. (Q cox, tama dini)