SURABAYA (Suarapublknews) – Jaringan Arek Ksatria Airlangga (JAKA) bersama ratusan relawan capres-cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, menggemakan kemenangan Ganjar-Mahfud di kampanye hari terakhir di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya yang kebetulan jatuh pada hari Imlek, Sabtu (10/2/2024).
Di bawah rintik hujan, semangat para relawan tak pernah padam. Dibuka dengan penampilan Barongsai, parade ini ditutup dengan aksi musik patrol khas Surabaya.
Para relawan berjalan secara tertib dari titik pemberangkatan di Jalan Tanjung Anom, menyusuri Jalan Tunjungan dan menuju panggung kampanye berupa truk kampanye milik Tim Pemenangan Daerah (TKD) Jatim Ganjar-Mahfud.
Sebanyak tiga Barongsai beraktraksi menghibur masyarakat yang ada di sepanjang Jalan Tunjungan. Hampir 300 relawan berparade sambil membawa tulisan yang berisi protes sosial atas situasi menjelang coblosan yang dianggap kurang baik ini.
Tak hanya itu, mereka juga menulis di atas kain putih pesan dan harapan kepada pasangan capes dan cawapres nomor urut 03, yang selanjutnya diterbangkan dengan balon sebanyak 300 buah.
Ada juga anak-anak muda yang menyemir rambutnya dengan warna putih. Ini menunjukkan militansinya kepada idolanya yakni Ganjar Pranowo.
Dalam acara itu juga, ada orasi yang disampaikan sejumlah anak muda. Diantarnaya Presiden BEM Univesitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Bintang Putra, mahasiswa Untag yang merupakan aktivis Sarinah, Ajeng Kharisma, dari Tim Pemenangan Muda Ganjar-Mahfud, Rusali, lalu ada juga Cak Kusnan dair AREC dan Cak Djadi Galajapo.
Koordinator acara parade, Ibra mengatakan, tujuan acara ini adalah untuk mengingatkan bahwa Surabaya adalah kota dengan multi kultur. Sehingga harus dirawat dan dijaga budaya mulki kultur tersebut untuk kerukunan umat.
“Acara bertajuk ‘Sat Set M3nangkan Rakyat’ ini, juga menyajikan konsep baru untuk karaoke bersama penonton. Pokoknya meriah, anak muda banget,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua JAKA, Teguh Prihandoko mengatakan, pihaknya mengajak seluruh para relawan untuk parade dengan menggunakan rambut putih. Hal ini sebagai simbol bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berambut putih.
“Sebanyak 300 balon diterbangkan, berikan harapan-harapan masyarakat yang lewat di Jalan Tunjungan. Mereka semua hebat karena mampu memilih pemimpin yang nasionalis,” kata Teguh.
Menurut Teguh, pemilu adalah pesta rakyat. Yang namanya pesta harus dirayakan secara suka cita tanpa tekanan, tanpa ketakutan, penyelenggara pemilu maupun pemerintah punya kewibawaan dalam menjaga marwah pemilu yang jujur dan adil dan langsung, umum, bebas dan rahasia (jurdil dan luber).
“Untuk itu kita mengajak seluruh warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dan mengawasi serta mengamankan suara kita di TPS kita masing-masing,” katanya.
Teguh juga mengimbau kepada masyarakat, selama tiga hari tenang untuk melihat rekam jejak pasangan capres dan cawapres. Cari sumber yang benar untuk mengkonfirmasikan. Jangan memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak noda hitam, pemimpin yang terindikasi pelanggar HAM berat, yakni kasus penculikan aktivis reformasi dan demokrasi, atau pemimpin dari produk pelanggaran etik.
“Juga jangan pilih pemimpin yang punya rekam jejak penggunaan politik identitas yang bisa merusak kehidupan berbangsa. Dan satu lagi, kami menolak politik dinasti yang sedang dipejuangkan Jokowi,” tandansya. [q cox]