SURABAYA (Suarapubliknews) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar inspeksi mendadak (sidak) pembangunan dan penataan kawasan Kota Lama, Selasa (14/5/2024) malam. Sidak kali ini, ia melakukan pengecekan sejauh mana progres pembangunan Kota Lama berjalan.
Saat di lokasi, Wali Kota Eri Cahyadi menemukan ada beberapa titik yang perlu dilakukan perbaikan, dan penambahan material. Seperti di pedestrian Jalan Rajawali, di depan Hotel Arcadia. Dirinya ingin, penataan batu alam di pedestrian tersebut diratakan dan penambahan tanaman.
“Progres sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, tapi saya minta beberapa ada yang perlu diperbaiki, saya minta untuk dibongkar, karena ada yang kurang pas. Termasuk penataan tanaman, juga terkait dengan pemasangan batu alamnya, jadi ada yang kurang pas, jadi saya minta agar di-stamper lagi agar rata,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Tidak hanya itu, Wali Kota Eri Cahyadi juga ingin, di zona Eropa, Kota Lama dilakukan penambahan penerangan jalan umum (PJU). Penambahan PJU tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada pejalan kaki dan pengunjung Kota Lama.
“Karena ini nanti (rutenya) akan memutar Bank Mandiri, sehingga di situ harus ada lampu yang lebih terang dan pembangunan juga harus lebih rata, tidak boleh lagi ada yang seperti tadi,” tegas Wali Kota Eri.
Selain soal PJU, dia juga meminta kepada jajarannya segera merapikan utilitas listrik yang menjuntai hingga ke bawah pedestrian. Tentu hal itu akan membahayakan pejalan kaki, jika tidak segera dilakukan perbaikan.
Orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu juga meminta kepada jajarannya di Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya untuk segera merapikan ducting. “Jadi ada penurunan kabel itu direncanakan tanggal 16, saya bilang, kalau ini terlambat bisa kacau ini. Maka dari itu ini (kabel) harus diturunkan semua kabelnya, karena sudah mulai ada pembongkaran dari PLN, sehingga nanti tanggal 16-17 sudah bisa masuk (ke dalam ducting),” paparnya.
Wali kota Surabaya yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu menjelaskan, jika seluruh utilitas itu sudah bisa masuk ke dalam ducting, maka harus dilakukan pengaspalan ulang. Menurut dia, pengaspalan ulang di Jalan Rajawali cukup sulit, sebabnya terdapat rel trem yang terpendam sejak zaman kolonial Belanda.
Jika tidak dilakukan secara jeli, maka pengaspalan jalan di kawasan tersebut akan tidak rata, karena terganjal bekas jalur rel trem. “Ya sudah diaspal, setelah selesai dicor dahulu, baru diaspal jalannya untuk dikembalikan, kemudian ducting tadi untuk tempat masuknya kabel,” jelas Cak Eri.
Dalam sidak kali ini, Cak Eri bersama jajaran asisten dan kepala perangkat daerah (PD) Pemkot Surabaya menilik satu persatu proyek pembangunan Kota Lama. Mereka berjalan kaki mengecek secara detail, mulai dari area Gedung Internatio, Taman Sejarah, Jalan Prenjak Gedung Cerutu, Jalan Mliwis, berputar melalui Gedung Singa, kemudian kembali ke area Gedung Internatio.
Bukan hanya zona Eropa yang dikebut pengerjaanya, Cak Eri juga meminta kepada jajarannya untuk segera menuntaskan penataan zona Pecinan, di Jalan Kembang Jepun, Kya-Kya. Penataan itu diantaranya, pemasangan tulisan aksara Tiongkok dan perbaikan pedestriannya agar lebih nyaman lagi.
“Karena tulisannya harus terpasang semua ya, insyaallah di akhir Mei, sekitar tanggal 26-27 baru terpasang. Sekarang perbaikan pedestrian juga di sana (Pecinan, Kya-Kya), karena kalau saya buat jalan kurang nyaman berarti harus ada perbaikan terkait dengan ratanya batu alam,” tuturnya.
Cak Eri optimis, pengerjaan kawasan Kota Lama tuntas sebelum peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) pada 31 Mei 2024 mendatang. “Target sebelum 31 Mei, minggu depan kita lihat kembali ke lokasi ini tadi untuk memastikan apakah sudah ada perbaikan-perbaikan tadi,” ujarnya.
Di samping itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad menerangkan, sidak kali ini Wali Kota Eri Cahyadi ingin penanaman pohon harus diberi jarak yang sama. Selain itu, ia menyebutkan, Wali Kota Eri ingin identitas Kota Lama ditonjolkan mengelilingi sekitar Gedung Internatio hingga Gedung Cerutu.
“Kemudian pagar di bangunan baru juga menyesuaikan dengan yang Kota Lama. Yang terpenting itu utilitas harus sudah masuk semua ke ducting-nya, kemudian ciri batu alam dan PJU-nya harus terang,” sebut Irvan.
Di lokasi yang sama, Kepala Dishub Surabaya Tundjung Iswandaru menambahkan, jumlah PJU yang akan ditambah di kawasan Kota Lama masih akan disesuaikan kembali. Nantinya, lanjut Tundjung, Dishub Surabaya akan menyesuaikan PJU baru di antara PJU yang telah ada di Jalan Rajawali.
Tundjung menerangkan, penambahan PJU di area Gedung Internatio akan dilakukan sesegera mungkin. Untuk saat ini, ia mengaku, masih menunggu DSDABM Surabaya menuntaskan pengerjaan pondasi.
“Nanti akan kita sisipi tengahnya, agar pejalan kaki aman dan terang. Kemudian di bagian ini (samping Gedung Internatio) kita beri dua lampu sorot kiri kanan ada, jadi ada empat. Lampunya sudah siap, tinggal pasang saja, harapannya bisa mengcover area yang ada di sini,” pungkasnya.
Diketahui, wisata heritage di kawasan Kota Lama itu terbagi menjadi empat zona, yakni zona Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu, yang dulunya menjadi pusat perekonomian. Banyak toko-toko yang didirikan oleh etnis Tionghoa di sepanjang Jalan Kya-Kya Kembang Jepun, serta banyak saudagar dari Arab dari negara timur yang berdagang di kawasan ini. Sedangkan di zona Eropa menjadi pusat kota di zaman pemerintahan kolonial Belanda. (q cox)