Nasional

Aktivitas Gunung Agung Mulai Menurun, Ini Keterangan PVMBG Setempat

127
×

Aktivitas Gunung Agung Mulai Menurun, Ini Keterangan PVMBG Setempat

Sebarkan artikel ini

BALI (Suarapubliknews.net) – Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Bagian Timur, PVMBG, Devy Kamil Syahbana, mengatakan bahwa Gunung Agung mulai alami penurunan, setelah menunjukkan aktivitas vulkanik yang tinggi dalam sepekan sebelumnya. Jumat (6/7/2018).

Saat berada di Pos Pengamatan Gunung Agung Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat (6/7/2018), Devy menjelaskan jika kondisi Sang Hyang Giri Tohlangkir, masih didominasi oleh aktivitas-aktivitas hembusan. Aktivitas hembusan ini merefleksikan adanya aliran magma ke permukaan kawah.

“Aliran (fluida) magma, ada yang berbentuk gas dan lava ke permukaan dengan jumlah sedikit,” jelasnya usai memaparkan kondisi Gunung Agung kepada wisatawan mancanegara (wisman) asal Prancis yang mendatangi Pos Pengamatan.

Dijelaskan Devy, frekuensi mengalami penurunan dalam seminggu terakhir. Jumlah erupsi perhari lebih sedikit. Sedangkan hembusan masih terhitung banyak, kemungkinan bahwa sistem belum stabil.

Karena sistem belum stabil, maka potensi terjadi erupsi masih ada. Seismograf masih merekam ada gempa vulkanik, dengan jumlah 1-2 kali. Kalau masih terekam ada gempa vulkanik, berarti masih ada suplai magma yang naik ke atas. Walaupun suplai magma ada, tapi jumlahnya masih relatif kecil dibanding yang lalu.

“Potensi terjadi erupsi masih ada. Penyebaran material masih berada sekitar radius 4 kilo dari puncak. Potensi terjadi erupsi lebih besar belum teramati. Dari data kami mengindikasikan gunung masih belum stabil. Masih pada fase erupsi,” tambahnya.

Dari laporan pengamatan kemarin, Gunung Agung mengalami dua kali erupsi. Pertama pada pukul 12.59 Wita teramati letusan dengan tinggi 1.500 meter di atas puncak dan warna asap kelabu menuju barat daya. Kemudian erupsi pada pukul 19.21 Wita namun tinggi kolom abu tidak teramati.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 1 menit 10 detik. Saat ini Gunung Agung sudah berada di sistem terbuka. Dulu, sebelum erupsi November 2017, gunung tertinggi di Bali ini masih berada di sistem tertutup. Saat itu masuk fase pendobrakan.

Waktu itu gempa terekam lebih 27 ribu kali, serta magnitudo besar. Bahkan, imbuhnya, magnitudo yang besar saat itu mencapai 4.9 mm. Volume magma saat itu mencapai 40-45 juta meter kubik.

Magma tertahan. Beruntung akhirnya pada 21 November 2017 material keluar sedikit, tidak sekaligus. “Kalau sekaligus mungkin efeknya berbeda,” tandasnya.

Sekarang, kata Devy, sistem Gunung Agung terbuka. Artinya, kemungkinan tidak akan terlihat lagi peningkatan sebegitu besar seperti sebelum erupsi November 2017.

Karena sistem sudah terbuka, erupsi bisa terjadi kapan saja tanpa disertai dengan tanda-tanda gempa.

“Dulu kan gempa-gempanya banyak sekali. Kalau sekarang walaupun tak terekam vulkanik, atau hanya 1-2 gempa vulkanik terekam, tapi magma sudah bisa dikeluarkan. Ini namanya sistem terbuka,” jelasnya.

Karena sistem sudah terbuka, injeksi magma naik sedikit lancar, dan magma sampai ke permukaan lebih cepat. Tanda-tandanya kadang tidak ada, kadang ada. Sesampai di permukaan, material dierupsikan atau dikeluarkan.Itu proses sistem terbuka.

“Sistem terbuka bisa jadi tanda-tanda lebih singkat, bahkan tidak ada tanda-tanda. Seperti contoh kemarin (Kamis, 6/7/2018), selama 12 jam aktivitasnya tenang terus tiba-tiba sore harinya erupsi. Padahal tak ada vulkanik, hanya hembusan saja,” tambahnya.

PVMBG meminta masyarakat sekitar lereng gunung tetap tenang dan tidak panik. Masyarakat perlu juga tetap siaga, dan update aktivitas Gunung Agung untuk mengetahui perkembangan sehingga upaya mitigasi sampai akhir sukses, tak ada korban. (q cox)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *