Peristiwa

Anak Difabel Jadi Guru, Dewi Yull Ingatkan Ibu Tidak Menuntut Balasan dari Anak Sukses.

90
×

Anak Difabel Jadi Guru, Dewi Yull Ingatkan Ibu Tidak Menuntut Balasan dari Anak Sukses.

Sebarkan artikel ini

SURABAYA (Suarapubliknews) ~ Aktris sekaligus penyanyi legendaris, Bunda Hj. Dewi Yull, menjadi pembicara utama dalam acara Pengajian Rutin PKK RMH Surabaya. Bertempat di Masjid Al Wahyu, Rungkut Menanggal Harapan, Surabaya, beliau menyampaikan tausiyah bertema “Berbakti Meski Berbeda Pandangan,” yang berakar kuat dari kisah hidupnya.

Dalam kajiannya, Bunda Dewi Yull secara terbuka berbagi tentang anugerah empat buah hatinya, di mana dua di antaranya—khususnya putri sulungnya, Giska—merupakan penyandang disabilitas tuli.

Jauh dari rasa sesal, beliau menyebut mereka sebagai guru kehidupan yang mengajarkannya esensi sabar, menerima takdir, dan kerendahan hati. “Saya lebih beruntung dari Bunda karena saya punya guru. Guru saya anak saya yang difabel,” ujarnya.

Pengalaman mendidik kedua putranya yang tuli menjadi fondasi baginya untuk selalu memperlakukan anak—baik sempurna maupun difabel—dengan penuh hormat. Ia berpesan keras kepada para ibu agar tidak mendisiplinkan anak dengan amarah, suara tinggi, atau memarahi di depan orang lain, karena anak adalah titipan Allah yang harus dijaga martabatnya.

Meskipun sumber ajarannya berasal dari anak-anaknya yang difabel, Bunda Dewi Yull juga menyoroti tantangan dalam tema berbakti meski berbeda pandangan. Beliau memberikan nasihat penting bagi para orang tua yang memiliki anak sukses: Jangan menuntut balasan. “Jangan pernah jadi orang tua yang menuntut. Kodrat kita adalah memberi, memberi, dan memberi,” tegasnya.

Beliau mengingatkan agar orang tua melepaskan ego dan cemburu terhadap menantu atau kesuksesan finansial anak. Fokus utama orang tua adalah menjadi pemberi doa dan cinta tanpa syarat, sehingga anak dapat berbakti dengan tulus tanpa merasa terbebani.

Meskipun Bunda Dewi Yull juga menghadapi ujian berat, termasuk kehilangan putrinya, Giska, pada tahun 2010, ia menegaskan bahwa tauhid (keyakinan) kepada Allah adalah kunci.

Kisah ini diperkuat dengan bukti nyata: putranya yang tuli, Surya, kini berhasil menjadi dosen tetap di Rochester Institute of Technology, New York, setelah mendapat beasiswa penuh S1 dan S2 dari Jepang. “Jagalah lisan karena kata-kata, baik buruk maupun baik, memiliki kekuatan untuk menembus langit-kun fayakun,” pesannya.

Acara ini turut dimeriahkan oleh Ustaz Helman dari Yayasan Sahabat Dakwah Almahirah. Beliau memperkenalkan kiprah yayasan yang bergerak dalam: Bantuan Internasional: Penyaluran bantuan air bersih dan kebutuhan dasar untuk saudara-saudara di Palestina, khususnya di wilayah pengungsian Yordania dan Gaza.

Program Domestik: Program sosial di Indonesia seperti renovasi masjid, pemberian beras gratis untuk pesantren, dan pembangunan sumur bor air bersih di daerah-daerah terpencil. (q cox, tama dini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *